Konawe,5 desember 2012
Sebait rasa duka hari itu, usai mendengar kabar yang terduga dari saudaraku semalam, yang menceritakan hal yang tak terduga “ rumahnya habis di lalap si
jago merah”. Aku Terkejut bukan kepalang. Masya Allah? Begitu sedahsyat ini
musibah yang Allah cobakan pada engkau dan suamimu., padahal baru 6 tahun kalian memabngun biduk rumah tangga,
mengumpulkan hasil titik-titik keringat dari menjadi karyawan , hingga menjadi
pengusaha , untuk membangun rumah itu hingga mengisi dengan perabot yang
harganya lumayan mahal untuk sebuah rumah tangga baru. Rumah itu menjadi saksi
bisu, hasil perjuangan mengumpulkan materi demi kokohnya biduk rumah tangga kalian,
dan kini harus musnah semuah…. Ah.. takdir Allah begitu sulit diperkirakan,
ringan sedang, atau beratkah yang akan menimpah hambaNya. “ hanya orang-orang
yang beriman yang mampu mengambil pelajaran
“. Tak dapat mata terpejam, hingga tidur menjadi sedikit, mengingat
serentetan peristiwa : kengangan di rumah saudaraku itu. Tahun 2008 lalu ada
kenangan almarhum ayah disana, ketika sakit setelah dirumah sakit Provinsi,
mampir ke rumah itu, ada secercah rasa bangga melihat putrid ke2anya yang baru
berumah tangga sudah memiliki rumah sederhana untuk tempat berteduh. Ayah,,
andai engkau masih ditakdirkan hidup bersama kami sekarang ini, mungkin
engakaulah orang pertama yang akan menenangkan adikku sabar mengahadapi ujian
itu. Kini sebait kata motivasi untuk sabar tergantikan dari pamanku yang
kuanggap selalu menjadi orang yang membuat kami selalu kuat mengahdapi
kesulitan ataupun duka yang kami hadapi
di keluarga. “ sabar ada cepat ji nanti gantinya dengan rezeki lain yang akan
datang”. Dan aku hanya bisa memberikan
seuntai nasihat, yang sebenarnya nasehat itu untuk menguatkan diriku juga,
karena walaupun itu bukan rumah saya sendiri tetapi rumah itu seperti milik
saya, karena disanalah tempat saya dan suami selalu bertandang bahkan menginap
ketika mengharuskan kami ada urusan yang lama di kendari, seperti ketika kami
akan ke Jogja 2009 tahun lalu, rumah itu menjadi kengang tersendiri buatku,
tempat saya dan anak-anak istrahat sebelum ke bandara. Ohhhhh, duhai Allah kuatkan saudaraku menghadapi musibah ini, berikan
kesabaran yang kokoh hingga tergantikan dengan semangat untuk membangun
kehidupan yang labih baik. “ Betapa banyak orang yang ditengah kehidupannya
mengahadapi ujian yang berat dalam kehidupan mereka, dan mereka bisa
melaluinya, bahkan mereka menjadi manusia yang lebih baik rasa syukurnya pada
Allah., engkau tidak sendiri dan iklhaslah menreima takdir Allah yang menurut
kita buruk , tetapi belum tentu buruk menurut Allah. Aku tahu engkau pasti
dapat mengambil hikmah dari peristiwa
ini. Sebening suara pasrah dan lemah
dari telpon genggamku , saat dirimu menceritakan duka itu ,menginsyaratkan bahwa
engkau pasti kuat adikku, dan engkau telah dapat mengambil pelajaran atas
beberapa kisahmu di waktu yang lalu, yang engkau simpulkan bahwa engkau di
tegur Allah. Yah… tak dapat kupungkiri,,, aku bersalah dan menyesal tidak dapat
mengarahkamu menjadi pribadi yang bersyukur atas segala nikmat Allah pada
keluarga kecilmu. Pernah mencoba mengingatkanmu tetapi malah membuat ada
pertengkaran kecil diantara kita, hingga aku memutuskan untuk tidak terlalu
jauh mencampuri hakmu memilih jalan hidup. Tetapi aku akui aku begitu gampang berputus asa
menunjukkan jalan yang baik untukmu, hingga lupa mendoakanmu agar selalu
beribadah pada Allah, apalagi rezeki engkau dan suamimu bergitu lancar tidak
tertatih-tatih hingga kalian memiliki mobil dan simpanan berjuta-juta. Ya
Rabbb, ampuni aku, meski kutahu hidayah itu dariMu tapi, aku merasa ada kelalaian
diriku dalam menebarkan nasihat pada kaluargaku sendiri. “ Hai orang-orang
beriman jagalah dirimu dan kelurgamu dari apai neraka yang bahan bakarnya dari
kayu dan manusia”. Astaghfirullahaladzhim. Akan kujadikan pelajaran bagi diriku
kelak… Allah tahu ketika hambaNya mengabaikan rezeki dariNya, Allah tahu ketika
hambaNya lupa pada pemberi rezeki, Allah atahu ketika ada secuil rasa “super”
dari diri manusia bahwa materi yang dimiliki itu adalah karena hasil jerih
payah manusia, tidak ada campur tangan
Allah. Robb, engkau yang lebih tahu bagaimana membersihkan jiwa kami, jika itu
yang terbaik yang mampu merubah kami menjadi lebih baik, menjadi ahli ibadah,
kami ikhlas, … ikhlaslah adikku. Ada ganti yang lebih baik di masa mendatang.
Dan kuingat perkataan ustaz jika rezeki sedang naik-naiknya seringlah perbanyak sedekah, karena ternyata sedekah
adalah tolak bala” . Juga jangan lupa membaktikan diri pada orangtua yang telah
melahirkan dan membesarkan , hormati mereka jangan menyakikiti hati mereka,
karena doa mereka tidak terhalang dilangit. Masya Allah , aku dan angkau adikku
pasti tahu pada sisi mana kealapaan kita hingga teguran Allah wujudnya seperti
sekarang ini.Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.
Allah lebih tau apa yang lebih baik dari hambaNya. Lebih
baik ditimpa musibah jika memang itu akan menjadi proses seseorang kembali
menjadi manusia yang lebih beriman lebih berharga di mata Allah, ketimbang
menjadi kaya tanpa cobaan kejatuhan kekayaan itu hingga membuat pemilik
kekayaan itu menjadi sombong dan lupa karunia dari Allah, sehingga menjadi pribadi
kaya tapi sombong, sehingga pada akhirnya kekayaannya tidak memberi manfaat
bagi orang disekitarnya bahkan bagi keluarganya, dan nauzdubillahi min dzalik
hingga menjadikannya menjadi orang yang jauh dari Allah sampai ajal menjemput.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar