Senin, 24 Desember 2012

Tuhan, dekap kami dengan musibah ini



Konawe,5 desember 2012
Sebait rasa duka hari itu, usai  mendengar kabar yang terduga dari saudaraku  semalam, yang menceritakan hal  yang tak terduga “ rumahnya habis di lalap si jago merah”. Aku Terkejut bukan kepalang. Masya Allah? Begitu sedahsyat ini musibah yang Allah cobakan pada engkau dan suamimu., padahal baru  6 tahun kalian memabngun biduk rumah tangga, mengumpulkan hasil titik-titik keringat dari menjadi karyawan , hingga menjadi pengusaha , untuk membangun rumah itu hingga mengisi dengan perabot yang harganya lumayan mahal untuk sebuah rumah tangga baru. Rumah itu menjadi saksi bisu, hasil perjuangan mengumpulkan materi demi kokohnya biduk rumah tangga kalian, dan kini harus musnah semuah…. Ah.. takdir Allah begitu sulit diperkirakan, ringan sedang, atau beratkah yang akan menimpah hambaNya. “ hanya orang-orang yang beriman yang mampu mengambil pelajaran  “. Tak dapat mata terpejam, hingga tidur menjadi sedikit, mengingat serentetan peristiwa : kengangan di rumah saudaraku itu. Tahun 2008 lalu ada kenangan almarhum ayah disana, ketika sakit setelah dirumah sakit Provinsi, mampir ke rumah itu, ada secercah rasa bangga melihat putrid ke2anya yang baru berumah tangga sudah memiliki rumah sederhana untuk tempat berteduh. Ayah,, andai engkau masih ditakdirkan hidup bersama kami sekarang ini, mungkin engakaulah orang pertama yang akan menenangkan adikku sabar mengahadapi ujian itu. Kini sebait kata motivasi untuk sabar tergantikan dari pamanku yang kuanggap selalu menjadi orang yang membuat kami selalu kuat mengahdapi kesulitan ataupun duka yang  kami hadapi di keluarga. “ sabar ada cepat ji nanti gantinya dengan rezeki lain yang akan datang”.  Dan aku hanya bisa memberikan seuntai nasihat, yang sebenarnya nasehat itu untuk menguatkan diriku juga, karena walaupun itu bukan rumah saya sendiri tetapi rumah itu seperti milik saya, karena disanalah tempat saya dan suami selalu bertandang bahkan menginap ketika mengharuskan kami ada urusan yang lama di kendari, seperti ketika kami akan ke Jogja 2009 tahun lalu, rumah itu menjadi kengang tersendiri buatku, tempat saya dan anak-anak istrahat sebelum ke bandara. Ohhhhh, duhai Allah  kuatkan  saudaraku menghadapi musibah ini, berikan kesabaran yang kokoh hingga tergantikan dengan semangat untuk membangun kehidupan yang labih baik. “ Betapa banyak orang yang ditengah kehidupannya mengahadapi ujian yang berat dalam kehidupan mereka, dan mereka bisa melaluinya, bahkan mereka menjadi manusia yang lebih baik rasa syukurnya pada Allah., engkau tidak sendiri dan iklhaslah menreima takdir Allah yang menurut kita buruk , tetapi belum tentu buruk menurut Allah. Aku tahu engkau pasti dapat mengambil  hikmah dari peristiwa ini.  Sebening suara pasrah dan lemah dari telpon genggamku , saat dirimu menceritakan duka itu ,menginsyaratkan bahwa engkau pasti kuat adikku, dan engkau telah dapat mengambil pelajaran atas beberapa kisahmu di waktu yang lalu, yang engkau simpulkan bahwa engkau di tegur Allah. Yah… tak dapat kupungkiri,,, aku bersalah dan menyesal tidak dapat mengarahkamu menjadi pribadi yang bersyukur atas segala nikmat Allah pada keluarga kecilmu. Pernah mencoba mengingatkanmu tetapi malah membuat ada pertengkaran kecil diantara kita, hingga aku memutuskan untuk tidak terlalu jauh mencampuri hakmu memilih jalan hidup.  Tetapi aku akui aku begitu gampang berputus asa menunjukkan jalan yang baik untukmu, hingga lupa mendoakanmu agar selalu beribadah pada Allah, apalagi rezeki engkau dan suamimu bergitu lancar tidak tertatih-tatih hingga kalian memiliki mobil dan simpanan berjuta-juta. Ya Rabbb, ampuni aku, meski kutahu hidayah itu dariMu tapi, aku merasa ada kelalaian diriku dalam menebarkan nasihat pada kaluargaku sendiri. “ Hai orang-orang beriman jagalah dirimu dan kelurgamu dari apai neraka yang bahan bakarnya dari kayu dan manusia”. Astaghfirullahaladzhim. Akan kujadikan pelajaran bagi diriku kelak… Allah tahu ketika hambaNya mengabaikan rezeki dariNya, Allah tahu ketika hambaNya lupa pada pemberi rezeki, Allah atahu ketika ada secuil rasa “super” dari diri manusia bahwa materi yang dimiliki itu adalah karena hasil jerih payah manusia,  tidak ada campur tangan Allah. Robb, engkau yang lebih tahu bagaimana membersihkan jiwa kami, jika itu yang terbaik yang mampu merubah kami menjadi lebih baik, menjadi ahli ibadah, kami ikhlas, … ikhlaslah adikku. Ada ganti yang lebih baik di masa mendatang. Dan kuingat perkataan ustaz jika rezeki sedang naik-naiknya seringlah  perbanyak sedekah, karena ternyata sedekah adalah tolak bala” . Juga jangan lupa membaktikan diri pada orangtua yang telah melahirkan dan membesarkan , hormati mereka jangan menyakikiti hati mereka, karena doa mereka tidak terhalang dilangit. Masya Allah , aku dan angkau adikku pasti tahu pada sisi mana kealapaan kita hingga teguran Allah wujudnya seperti sekarang ini.Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.
Allah lebih tau apa yang lebih baik dari hambaNya. Lebih baik ditimpa musibah jika memang itu akan menjadi proses seseorang kembali menjadi manusia yang lebih beriman lebih berharga di mata Allah, ketimbang menjadi kaya tanpa cobaan kejatuhan kekayaan itu hingga membuat pemilik kekayaan itu menjadi sombong dan lupa karunia dari Allah, sehingga menjadi pribadi kaya tapi sombong, sehingga pada akhirnya kekayaannya tidak memberi manfaat bagi orang disekitarnya bahkan bagi keluarganya, dan nauzdubillahi min dzalik hingga menjadikannya menjadi orang yang jauh dari Allah sampai ajal menjemput.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar