Kamis, 27 Desember 2012

sahabatku aktivis , jangan takut berbaur


Mengingat semangat aktivis dakwah kampus di era awal 2000an, yang begitu kental dengan semangat menuntut imu, semangat mengasyikkan diri dengan pergaulan antara sesama aktivis, hingga terkadang timbul penampakan ekslusif ,bila kita betul-betul memperhatikan sikap mereka.
Menurutku, tidak salah sikap seperti itu, tetapi jika dipertahankan terus akan membuat sang aktivis merasa takut bergaul dengan kalangan masyarakat dengan berbagai rupa dan sifat. Akibatnya kebaikan mereka hanya dirasa angin-anginya dikalangan sesama aktivis. Akibat yang lain , si aktivis terkesan kuper membawa diri ketika terpaksa harus menghadapi dunia kerjanya ketika si aktivis sudah bekerja. Ide-ide menjadi beku, hingga terjadi 2 sisi yang berbeda antara ilmu yang sedang coba dijadikan karakter diri dengan kenyataan yang harus dihadapi. Akibatnya, terjadi pertentangan antara apa yang diilmui dengan apa yang harus di kerjakan, daripada menjadi pendiam karena tidak ada teman yang nyambung, si aktivis akhirnya menenggalamkan diri dalam pergaulan dunia kerja , akhirnya kebablasan, perlahan-perlahan larut terbawa alur pergaulan teman kerjanya. Bahkan tidak jarang ada segilintir aktivis dakwah kampus yang malah berubah penampilannya ,tidak lagi berpenampilan yang semestinya sebagai seorang pengemban dakwah….. biar gaul katanya. Mempertahankan sikap dengan hanya membatasi pergaulan dilingkungan yang “aman”  akan beresiko pada kurang matangnya kepribadian seorang aktivis  dan kurang gregetnya ketika menghadapi tantangan kehidupan, apalagi di era kebebasan informasi sekarang ini, yang menuntut seseorang harus memperluas link pergaulan agar tidak terlindas zaman.
Apanya yang harus diperbaiki,???? Sisi pertama seseorang  harus belajar menghadapi karakter manusia, harus belajar mendewasakan diri bahwa karakter yang ditemui adalah berbagai rupa karakter, ada manusia hanif, gaul , pendiam, agak kacau, tidak punya pendirian, otoriter, cuek, lugu, kekanak-kanakan, ini semua ada adabnya (kata imam algazali). Jangan takut bergaul! jadikan lingkungan yang berbeda bukan sesuatu yang harus dilawan melainkan sesuatu yang harus dihadapi dan ditaklukan , agar bukan si aktivisnya  yang terbawa arus tetapi si aktivisnya yang mampu mempengaruhi. Kalaupun sulit mempengaruhi, minimal berada pada posisi bertahan, sambil terus mengup grade diri, dan jangan menyerah, karena suatu saat pada momen tertentu, mereka akan  menjadikan si aktivis tersebut sebagai “tempat bertanya” ketika mereka tertumbuk pada suatu problem kehidupan. Nah, ketika sampai pada momen ini, segera tangkap peluang emas untuk memasukkan nilai-nilai dakwah dalam kehidupan mereka. Tampilkan sisi diri  yang tenang dengan membekali diri sebanyak-banyaknya dengan ilmu agama yang memadai. Karena manusia tak ada yang sempurna, begitupun keimanan selalu naik turun, maka mestilah  sebanyak-sebanyaknya mengisi energi ruhiyah tanpa batas.
Menghindari pergaulan cenderung menjadikan seorang aktivis terkesan ekslusif, akhirnya orang menjadikan agama sebagai kambing hitam, bahwa agama membuat  seseorang terkungkung, tidak bisa mengembangkan diri. Jika  seseorang telah berusaha menjadi pribadi yang baik dengan memperbanyak amal saleh, alangkah indahnya jika kesalehan orang tersebut menyebar di lingkungannya, ataupun minimal orang lain merasakan kebaikan si”orang saleh tersebut.
                Bukankah Rasulullah ketika hidup dijamannya, turut menebarkan kebaikan yang bukan hanya dirasakan oleh sahabat-sahabatnya tetapi juga orang-orang disekitarnya? Dan bahkan yahudi bahkan pernah merasakan kebaikan beliau. Kapan orang-orang yang tidak mengenal agama ini dengan baik akan pernah merasakan kebaikan orang-orang saleh jika mereka tidak pernah ditegur sapa atau diakragbi oleh orang-orang soleh tersebut?????Wallahu alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar