Senin, 28 Januari 2013

Mobil penumpang, mobil mewah????

Kendari, Sabtu Siang, 12.04, 24 November 2012, di Terminal puwatu
Panas terik, sang surya menggelayut manja, tapi sinarnya tak urung menampakkan diri lebih lama , hanya sejenak tadi mengintip dari balik awan yang lumayan membuat gerah , sejak kedatanganku menunggu di terminalnya orang kendari ini sejak, 11.40 tadi, karena ternyata ada mendung yang tak diundang tiba-tiba datang, sepertinya akan hujan. Kesibukan orang yang lalu lalang, tampak masih padat, mobil yang datang menurunkan penumpang dari kota konawe, asera, ataupun kolaka.
 Di terminal ini, hilir mudik mobil penumpang, diselingi sura ina-ina menjajakan makanan berupa jagung rebus, kacang rebus, dan buah dari satu mobil ke mobil lainnya. Mobil Apv, avanza, hingga panther bersebelahan berjejer rapi yang satu persatu mulai terisi penumpang dengan system antrian. Mmmm, setelah lumayan lama menunggu, yang kadang ditingkahi  rasa jenuh , akhirnya setelah  hampir 1 jam menunggu, mobil penumpang full juga. Mobilnya mewah sih, avanza, yang semestinya untuk mobil pribadi, di kota kendari ini istimewanya malah dijadikan untuk mobil penumpang. Yah, sampai-sampai suatu waktu, ketika aku naik mobil penumpang pulang ke konawe sepulang dari ngajar di perguruan tinggi kesehatan di kendari, penumpang yang orang jawa menungkapkan kesannya, bahwa kaum pendatang yang datang dari jawa cukup kaget ketika pertama datang ke kendari pada decade tahun 2009an ini,,,,, katanya “ kendari itu kaya, sampe mobil penumpangnya adalah mobil mewah…. Hehe… cukup unik cerita itu,,, .. mengingatkanku pada kenangan 2009 lalu di kota Jogjakarta yang menari-nari di pikiranku,,, membuatku ingin segra menulis kisah itu di sini,,( bersambung pada tulisan, “Kenangan kota Yogyakarta” yang masih dirilis belum sempat terposting)..

Mobil penumpangnya mobil mewah????


Bagaimana jika umat islam Golput?

Tergugah batin untuk merefleleksikan jemari memposting Tulisan saifudin amin berikut ini
Umat islam menang, Kelompok sekuler bisa menang
warnaislam.com — Kalangan ahli fikih dan hadis setuju pemilu adalah kewajiban agama yang harus ditegakkan.Karena itu, pihak yang memilih golongan putih, alias tidak menggunakan hak pilihnya dinilai berdosa. "Iya, hukumnya haram," ujar pakar fikih Dr. Rusli Hasbi, MA kepada warnaislam.com.

Dijelaskannya, bagi mereka yang tidak mengerti sejarah hukum Islam akan beranggapan bahwa pemilu atau hak pilih adalah bukan bagian dari agama. Padahal, dalam Islam tidak ada pemilahan mana urusan agama atau bukan. Islam melihat pemilu adalah bagian dari kemaslahatan negara dan rakyat.
"Bila bukan bagian dari agama, tentu para sahabat tidak melakukan bai'at kepada Abu Bakar al-Shiddik sebagai khalifah. Padahal, saat itu jenazah Rasulullah Saw telah siap dishalatkan dan dikafani. Jadi kewajiban pemilu ini kewajiban agama. Dalam Islam tidak ada pisah-memisahkan urusan," papar Rusli, dosen Fakultas Dirasah Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Oleh karena itu, ia menghimbau umat Islam untuk tidak golput dalam pemilu 2009. "Sebagai umat Islam kita wajib berpartisipasi ikut serta dalam pemilu. Ini kewajiban agama," ujar doktor fikih jebolan Universitas Umdorman, Sudan.
Sementara pakar hadis Dr. Sahabuddin menjelaskan, bahwa fatwa sejumlah ulama yang menyatakan golput adalah haram penting dan perlu didukung. Sebab, bila umat Islam tidak ikut berpartisipasi maka biaya triliunan rupiah itu akan sia-sia atau mubadzir. "Mubadzir itu haram, dan dosa pelakunya," ujar dia.
Selain itu, kata peraih doktor hadis dari Universitas Al-Azhar, Kairo, bila kaum muslimin golput, maka dikhawatirkan kelompok sekular yang menang dalam pemilu, karena partai-partai Islam tidak mendapat suara yang cukup. "Jangan sampai mereka yang menang. Pilih partai atau tokoh yang benar-benar bisa jadi pemimpin," kata Sahabuddin mengingatkan.

http://warnaislam.com/berita/negeri/2008/12/22/62880/Umat_Islam_Golput_Kelompok_Sekular_Bisa_Menang.htm

Rabu, 16 Januari 2013

RAHASIA KEBAHAGIAAN HIDUP


Terinspirasi dengan ungkapan Hasan al bashri, seorang ulama tersohor dengan sikap zuhudnya, saat berbagi rahasia  kebahagiaan hidup. “ Pertanggungjawaban perbuatan saya diakhirat tidak akan mungkin dipikul orang lain, sehingga saya harus menyibukkan diri dengan amalan. “Kematian akan mendera kapan saja, entah pada waktu apa dan kapan, sehingga saya harus sibuk menyiapakan diri menghadapinya. “ bagian rezeki saya tidak akan mungkin diambil orang lain, sehingga saya menjadi tenang karenanya.
                Merasa cukup dengan amalan-amalan ibadah yang selama ini dijalani rasanya tidak cukup menjadikan kita sebagai seseorang yang punya visi  dalam hidup. Visi akhirat haruslah lebih tinggi untuk terpatri dalam niat agar seseorang tidak merasa cukup dengan amalan yang ada sehingga berupaya meraih persetasi tertinggi dalam mengejar amalan tertinggi. Siapa yang bisa menjamin keistiqomahan seseorang untuk tidak larut dalam gemerlapnya godaan dunia dengan cukup merasa puas dengan amalan-amalan yang biasa. Maka tak heran jika dibanyak tempat para pejabat melaksanakan sholat lima waktu tetapi pada saat yang sama melakukan korupsi. Maka penting untuk menancapkan visi akhirat dan mencari berbagai cara yang mendekatkan kita pada usaha untuk mencapai visi itu. Jika visi sudah ditancapakan maka tingga keistiqomahanlah yang diperlukan untuk menguji komitmen terhadap visi tersebut. Sehingga tidak merasa puas dengan amalan-amalan yang biasa-biasa, sholat , puasa pada bulan ramadhan, zakat, naik haji, hidup adem ayem tanpa rasa dengki dan iri pada tetangga, haruslah menjadi bagian dari niat agar amalan-amalan biasa bukan lagi sekedar menggugurkan kewajiban tetapi suatu kebutuhan yang tanpanya hidup bagaikan jasad tanpa ruh. Menjadikan amalan-amalan wajib sebagai suatu kebutuhan  menjadikan seseorang gembira hatinya taktala melaksanakan perintah Allah. Sedangkan menambah semangat untuk mengejar amalan-amalan sunnah dan istiqomah untuk amala-amalan sunnah adalah bagian dari misi yang mengantarkan kita untuk mencapai visi akhirat. Amalan-amalan sunnah harus ada yang dijadikan amalan unggulan seseorang agar menjadilah ia manusia  istimewa yanag punya prestasi akhirat. Mengapa enggan untuk menancapakan setinggi-tingginya visi akhirat padahal batapa maha baiknya Allah pada kita dengan memberikan karunia yang banyak. Begitu besarnya karunia Allah pada manusia yang bahkan walaupun habis seluruh air laut untuk dijadikan tinta menuliskan karunia Allah , tidak akan pernah akan mampu menuliskan seberapa besar karuniaNya pada hambaNya.
                Mengapa orang-orang palestina yang setiap saat nyawanya terancam dengan kematian yang disebabkan karena gempuran senjata, dan bom orang-orang Israel, tidak menjadikan mereka tertegun menerima nasib? Yang ada adalah mereka semakin gencar mendidik anak-anaknya menghafal Quran, sehingga tidak mengherankan anak belasan tahun dipalestina mampu menghafal berjuz-juz alquran, bahakan ada yang hafal 30 juz Quran.
                Maka nikmat mana lagi mana yang kamu dustakan?(Qs. Ar.Rahman,ayat 13). Kita hidup di Negara tanpa perang, tanpa konflik berkepanjangan, tanpa wabah kelaparan dan penyakit menular. Sebaliknya kita hidup dengan karunia alam melimpa, laut menyediakan aneka ikan yang bergizi, tanah nan subur yang menumbuhkan berbagai jenis tanaman. Di pedesaan nan indah terhampar sawah menguning dengan riuh kicauan burung bernyanyi, sungai meliuk diantara pegunungan nan elok menghijau. Pepohonan berjejer dikaki gunung dengan udara segar menentramkan. Kota dengan menara menjulang tinggi kokoh memberi nuansa modern dan canggihnya peradaban, yang perlahan Negara kita mulai berbenah mensejajarkan dengan negri lain yang lebih maju. Penduduk bebas mencari nafkah, tanpa rasa khawatir meninggalkan keluarga, karena majunya transportasi dan telekomunikasi yang siap menghubungkan dengan bebas roaming, tanpa perlu was-was pesannya sampai atau tidak seperti waktu masih jaman ngirim surat. Dengan semua karunia yang indah tersebut mestinya semakin besar rasa terima kasih kita pada Allah pemberi nikmat.
                Rasanya tak akan ada nilai keunggulan manusia jika amalannya datar-datar saja, tak ada keunggulan disatu sisi. Seorang sahabat dimasa rasulullah yang pernah diikuti sahabat nabi yang lain karena penasarannya mengapa rasulullah menyebutnya sebagai seorang yang akan menghuni syurga mengungkapkan bahwa amalan shalatnya, puasanya  biasa-biasa saja, ternyata ada amalan unggulannya  yang lain yaitu tidak menyimpan sedikitpun kebencian pada orang lain bahkan pada orang yang pernah menyakitinya sekalipun.
                Mengapa tak terpatri tekad untuk mempelajari islam melalui majelis-majelis ilmu atau tarbiyah ? Padahal banyak waktu luang disela kesibukan kita dan majelis ilmulah salah satu sarana yang akan membuat nama kita disebut-sebut malaikat, serta merasakan nikmat ketenangan hati.  Wow,,,,,   dahsyatnya si ahli majelis , yang tiap pekan disebut-sebut malaikat di hadapan Allah.
                Mengapa tak menancapkan niat untuk menghafal Quran, padahal lebih banyak waktu buat ngerumpi dan mengasyikkan diri dengan refhresing?. Seandainya kita tahu bahwa penghafal quran jasadnya tidak termakan oleh tanah, dan dapat memberi syafaat pada 40 anggota keluarganya, alangkah beruntungnya. Setidaknya bisa mengurangi kesedihan penghafal quran akan nasib saudaranya yang tak kunjung mendapatkan hidayah untuk melakukan ketaaatan pada Allah. Subhanallah, manisnya nasib si Penghafal Qur’an. 
                Mengapa tak tergores kata di dalam kalbu untuk membiasakan tahajud jadi amalan utama. Bangun malam susah untuk sholat, tapi nonton film seru tidak membuat mata menyipit karena ngantuk, meski sudah larut. Waktu shalat tahajudlah tempat paling tepat terijabahnya doa. Manusia dengan berbagai obsesi  tentu butuh sandaran yang menguatkan dia dan mengoptimiskan dia akan berbagai impian, serta tempat mengadu yang Maha mendengarkan segala doa. Kepada siapa lagi ada tempat bersandar seperti ini, selain pada Allah aza wajalla. 
                Ya Allah, Patutkah saya tidak berterimakasih dengan karuniaMu yang begitu besar pada diriku, keluargaku, dan rasa aman yang mengayomi segenap jiwa raga dengan hanya menjadikan diriku muslim yang biasa-biasa saja? . Apakah aku pantas bertemu para ummahatul muslimin yang kedudukannya begitu mulia jika saya tidak memiliki amal unggulan yang “tidak biasa”. Allah, terkadang perenungan tentang besarnya KaruniaMu tidak aku rasakan , sampai aku melihat hambaMu yang lain yang Engkau uji dengan tidak sempurnanya fisiknya. Seperti di suatu pagi di angkot dalam perjalanan menuju Kendari,   ketika saya bertemu dengan seorang nenek yang memangku cucunya dengan mata kiri tidak normal, dengan taksiran usia 3 tahun lebih, aku langsung teringat ke 3 anak-anakku , yang semuanya normal alhamdullilah.  Terharu aku mengingat betapa besar karunia Allah padaku. Anak-anak sehat yang lincah dan tumbuh normal.
                Sahabat Nabi SAW, Ibnu Abbas ra,  yang telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW, dimana ia pernah secara khusus didoakan Rasulullah SAW, selain itu pada usia 9 tahun Ibnu Abbas telah hafal Alquran dan telah menjadi imam di masjid. Suatu hari ia ditanya oleh para tabi’in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Jawab Ibnu Abbas ada 7 kunci kebahagiaan dunia, yaitu: hati yang selalu bersyukur, pasangan hidup yang soleh, anak yang soleh, lingkungan yang kondusif untuk iman kita, harta yang halal dalam hidupnya, tafakku fi dien (semangat untuk memahami agama), serta umur yang barokah.
                Meramu  pesan ulama tersebut, tersimpulkan satu muara bijak bahwa Kebahagiaan hidup yang hakiki  adalah pada ketenangan hati yang memperolehnya tentu tidak muda, perlu membiasakan dengan amal sholeh serta menancapkan tekad untuk komitmen menjaga amalan-amalan sunnah  , karena beribu orang dengan berjuta materi, harta, kemewahan dan jabatan hidup dalam kegalaauan. Ketenangan hati dengan membuat hati menjadi “hidup” akan menjadikan semua persoalan hidup menjadi mudah dihadapi seberat apapun. Apalagi hidup di dunia yang penuh dengan ujian , tentunya diperlukan kelapangan hati menghadapi segala ujian apapun. Hati yang “hidup “ adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat islam dan imananya Kepada Allah dan rasulNya.
                Jangan menunda berbagai upaya untuk” menghidupkan hati” apalagi jika berpikir nanti di usia “ bau tanah” baru membaguskan amal. Sebab umur tak ada yang tahu kapan habis jatahnya. Akan ada penyesalan bagi orang tua yang masa mudanya tidak diisi dengan upaya “ menghidupkan hati”, ia pada masa tuanya akan banyak bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung  kecewa dengan ketuannya (post-power syndrome). Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat maka semakin tua semakin rindu  ia dengan Sang pencipta. Hari-harinya dipenuhi dengan bermesraan pada Sang Pencipta. Tidak ada rasa takut untuk meninggalkan dunia ini, dan inilah implikasi dari seseorang yanag masa mudanya punya visi akhirat yang tinggi, selalu punya “hati yang hidup” dalam episode kehidupannya hingga ajal menjemput.               Teringat dengan perkataan seorang teman di akunku facebook, “kebanyakan orang mati-matian mengejar gelar master, doctor, Profesor, tapi tak sibuk mempersiapkan gelar tertinggi yaitu” almarhum”
Wallahu alam bishawab
(Dari renungan dan pengalaman diri untuk menguatkan visi yang tak mudah untuk diistiqomahi)