Kamis, 28 Februari 2013

Bagaimana wajah PKS

 
Menakar kiprah PKS
            Kiprah PKS yang beritanya  mengemuka diberbagai media, hingga menjadi head line news di bulan februari lalu menjadi hal yang tak terbantahkan lagi. Tertangkapnya pucuk pimpinan tertinggi PKS LHI,  memunculkan berbagai opini publik hingga akhirnya berimbas pada kekecewaan beberapa kalangan   terhadap PKS yang citranya dinilai paling baik dalam pemberantasan korupsi selama beberapa tahun terakhir. Implikasi yang lain adalah munculnya kekecewaan masyarakat dari golongan terpelajar mulai dari mahasiswa hingga tokoh masyarakat pada PKS. Fenomena ini tak urung memunculkan sejumlah pertanyaan,  apakah PKS adalah partai yang sudah sedemikian parahnya sehingga tidak bisa diandalkan lagi untuk dipilih sebagai partai harapan yang amanah?
            Munculnya opini yang menjatuhkan citra PKS, bukan hanya lantaran kasus tertangkapnya LHI, tetapi ditengarai oleh mencuatnya pernyataan-pernyaataan yang dilontarkan Yusuf Supendi pada berbagai media , seperti di Metro TV yang mengadakan wawancara khusus pada mantan pendiri PKS tersebut (Minggu/  3 februari 2013) yang pernyataannya begitu menohok para petinggi PKS. Kekecewaan Yusuf supendi  pada PKS; terlepas dari  kekecewaannya karena dikeluarkan dari PKS, ataukah karena motif lain, nyatanya dimanfaatkan oleh sejumlah media untuk memperoleh informasi lebih valid, padahal nyatanya, beberapa informasi yang dilontarkan oleh Yusuf supendi lebih karena opini pribadi yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara factual. Atas dasar fakta apa Hilmi aminuddin dan Anis matta serta LHI seperti dikatakan oleh Yusuf bahwa 3 sejoli itu selama ini sudah melakukan sejumlah tindakan yang berindikasi korupsi,?.Semua pernyataan Yusuf Supendi tersebut hanya sebatas prasangka, sehingga mestikah membenarkan dan menyimpulkan bahwa 3 sejoli yang dikatakan Yusuf supendi adalah pelaku korupsi tanpa barang bukti  dengan hanya berdasarkan atas pernyataan yusuf Supendi tersebut?
            Tak dapat dipungkiri bahwa opini yang digadang media telah menyeret opini masyarakat  yang tidak terhindarkan, namun tidak dapat lantas dihakimi bahwa PKS telah habis masa berlakunya, hanya karena opini public yang sudah mewabah itu.  Maka penting untuk menilai dan mengkritisi beberapa hal terkait  pemberitaan tersebut. Pertama: tidakkah lebih dini KPK menetapkan status tersangka pada LHI? padahal statusnya baru sebagai  orang yang disebut namanya  oleh ahmad fathonah satu hari sebelum penangkapan. Nyatanya pada Andi malarangeng dibutuhkan waktu  berbulan-bulan oleh KPK untuk menjadi tersangka  meski namanya berulang kali disebut oleh Nazaruddin dalam persidangannya. Ketika Andi Mallarangeng  menjadi tersangkapun sejak tanggal 3 desember 2012, tidak juga lantas dilakukan penangkapan,? padahal menurut KPK, Andi Malarangeng dinyatakan terjerat pasal 2 dan 3 UU Tipikor mengenai korupsi pada kasus proyek Hambalang (surat KPK dengan no 4/569/01/23/12/2012 bertanggal 3 Desember). Terlalu nampak diskriminasi dalam 2 kasus yang berbeda ini. Kedua, bagaimana dengan masih melenggangnya Anas Urbaningrum sampai saat ini di senayan, padahal berulangkali namanya disebut pula oleh Nazaruddin sebagai orang yang ada kaitannya dengan dugaan koruspi proyek hambalang , dan pada kesaksian yang lain mantan bendahara Partai democrat tersebut  menyatakan bahwa  Anas Urbaningrum menerima uang Rp 80 miliar dalam dua proyek di PLN, namun belum  juga terjerat hukum?
            Adalah tidak salah jika  Anis Matta mengatakan “ada konspirasi dibalik kasus LHI”, mengingat  KPK telah berkurang profesionalismenya  dari fungsi yang seharusnya dilakukan, untuk tidak melakukan diskriminasi pada LHI sang Presiden PKS dan terhadap Anas Urbaningrum sang Pimpinan Partai Demokrat. Sungguh! Keadilan tidak lagi dapat kita rasakan pada Negara yang katanya sudah menjadi Negara yang demokrasinya mulai  maju ini. Ketiga,  penting untuk mengaitkan hubungan antara ahmad Fathanah sebagai salah seorang yang diamankan KPK terkait kasus dugaan suap impor daging dengan LHI. Sebagaimana yang dilansir oleh media pemberitaan bahwa ahmad fathanah adalah orang terdekat LHI yang tertangkap tangan menerima uang RP 1 miliar dari direktur PT Indoguna Utama. Terhadap hal ini, Refrizal, salah seorang ketua DPP PKS,mengatakan bahwa dirinya telah  menanyakan pada ketua  komisi IV DPR mengenai keberadaan ahmad fathanah yang dijawab oleh ketua komisi IV DPR bahwa “memang ada orang yang kerap mendatangi komisi IV dan mengaku teman dekat LHI”. Refrizal  memastikan bahwa tidak ada staf khusus LHI yang bernama ahmad fathonah, karena ahmad fathanah memang bukan kader PKS (http://politik.viva.news.co.id) ,. Membenarkan apa yang disebut oleh Refrizal tersebut , memang menjadi tradisi di PKS bahwa semua asisten pribadi adalah kader PKS, sehingga mustahil dikatakan bahwa asisten pribadi LHI adalah Ahmad fathanah yang nyata-nyata bukan kader PKS. Maka mungkinkah seorang yang bukan kader, bukan pula teman dekat LHI, dapat dipercaya membawa berita yang menyeret nama LHI?. Keempat , apakah ada peran LHI dalam mekanisme importir, bukankah ini tanggung jawab penteri Pertanian, Perdagangan dan perindustrian? Apa hubungan LHI dengan negar-negara  importir daging sapi itu ? Sungguh kita akan menemukan sesuatu yang tidak proporsional pada pemberitaan  yang menimpa LHI kali ini.
            Apa yang sudah menjadi headline news media hari ini dan kemarin, terkait penilaian sejumlah kalangan pengamat politik mengenai “nasib PKS kini yang citranya menurun” adalah hal yang belum terbukti kebenarannya.  Sebelum jelas verifikasi KPK yang clear mengenai kasus ini, semestinya secara bijak semua pihak menahan diri untuk tidak menuding yang berlebihan. Karena faktanya sampai hari ini, PKS terus bekerja untuk bangsa. PKS sebagai  partai yang mementingkan kerja bukan lipstick, telah dibuktikan dengan bergabungnya 50 anak-anak muda warga Aceh barat daya yang menyatakan diri untuk menjadi anggota PKS pada hari minggu  3 februari 2013, (http//dakwatuna.com/2013). Fakta bahwa dukungan dari berbagai daerah terus bermunculan pasca pemberitaan terkait LHI dan bergantinya  kepemimpinan ke tangan Anis Matta, setidaknya   membuktikan bahwa masih ada magnet dari PKS untuk dipercaya menjadi pilihan rakyat. 
            Tidak perlu mempertajam dalam memaknai kata “ konspirasi” yang dilontarkan Anis matta pada pidato pada saat penetapannya menjadi presiden PKS baru. Bahwa ada pihak-pihak yang  ingin menjadikan kasus LHI untuk mengkerdilkan  PKS itu tak dapat dipungkiri, tapi untuk menyalahkan siapa, menurut  anis Matta  itu bukan hal yang penting lagi (Metro tv/3 februari 2013). Tentu tidak fair jika hanya menuding PKS dengan mengabaikan fakta-fakta yang memperlihatkan bahwa masyarakat masih mendukung PKS dan menaruh harapan besar pada partai ini untuk tetap berada digarda terdepan memberantas  korupsi. 
            Hari ini sebelum ada penjelasan yang clear dari KPK mengenai kasus yang menjerat LHI, sebelum KPK membuktikan profesionalismenya dengan tidak melakukan diskrimansi antara petinggi PKS LHI, dan petinggi democrat Andi malarangeng dan Anas urbaningrum, maka belum pantas menghakimi PKS.
            Semoga kiprah awal Anis Matta yang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai wakil ketua DPR RI dan keanggotaannya sebagai anggota  DPR demi memfokuskan pada kerja partai yang berpihak pada masyarakat, menjadi indikasi bahwa keterlibatan PKS di parlemen adalah untuk berkontribusi terhadap perbaikan Negara bukan untuk memperkaya diri. Sejak berdirinya, PKS telah memberi kontribusi yang banyak. Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Cameron R Hume pernah memuji PKS dalam hal pelayanan terhadap konstituennya. Hume mengatakan, cara yang dilakukan PKS sudah demokratis dan menunjukkan salah satu bukti komitmen Indonesia terhadap prinsip-prinsip demokrasi.(http://kampus.okezone.com/2010/06/19). Sebelum semakin jauh mengkritisi PKS,  sebaiknya perlu menyisakan ruang logika dan hati nurani dengan melihat kontribusi nyata PKS untuk masyarakat. 
                 Berita terbaru mencuat, bahwa LHI tidak terlibat dalam kasus dugaan impor sapi. Hal ini dikemukakan oleh saksi dari PT indoguna, bahwa uang yang ada pada ahmad fathonah adalah untuk kegiatan seminar. Apa boleh buat, opini publik telah terbentuk, sehingga sangatlah nampak bahwa memang ada konspirasi untuk memburukkan citra PKS yang selama ini dikenal sebagai partai bersih.
             Jadi, untuk semua pihak yang telah menilai PKS,  tidak cukup arif jika sikap hanya berlandaskan pada penilaian citra. Sejatinya, retorika asasi perlu berpijak pada penilaian  kinerja  kader dan anggota legislative PKS. Sebab seiring berjalannya waktu, citra akan mengikuti kinerja yang tampak. Untuk PKS, jika tetap komitmen pada selektifitas internal yang mengutamakan kualitas calon anggota legislative dalam tahapan pemilihan calon anggota legislative maka hal-hal yang bisa memicu munculnya anggota legislative bermasalah bisa dicegah.Untuk semua kader PKS, dan harapan untuk anggota legislative PKS saat ini, buktikan merahmu dengan kinerja yang berkualitas, dan ekspresikan putihmu dengan selalu berpijak pada kebenaran sejati. Iklim demokratisasi di Negara kita yang tidak lagi terintegrasi dengan belenggu politik semestinya memotivasi semua kader untuk bekerja lebih baik. Slogan “ PKS berupaya menghadirkan pemerintahan yang peduli, bersih dan professional” hendaknya terus terpatri  untuk Indonesia lebih baik. Dan dengan tidak terbuktinya LHI dalam kasus dugaan suap daging impor, membuktikan bahwa PKS masih bersih.



Wassalam.        

1 komentar: