Selasa, 26 Februari 2013

Ketika galau menanti jodoh

Ketika Galau Menanti Jodoh
Tertoreh kisah cinta yang berbingkai setia  dalam cerita sejarah kisah hidup Rasulullah, Muhammad SAW atas istrinya Khadijah, Ra, yang meskipun Rasulullah hidup dengan beberapa istrinya sepeninggal Khadijah, namun nama khadijah tetap terpatri dalam kenangan hidup Rasulullah, hingga  menelisik ruang cemburu Aisyah, sang istri muda rasulullah. Tersimpan rapi kenangan indah  dalam catatan kisah cinta Ainun habibi yang nyata, yang sedikit banyak telah menginspirasi jiwa para pasangan masa kini, namun lautan jiwa sang mantan presiden habibie, tetap menyimpan sejuta memori bersama istrinya, hingga sempat membawa pergi “separuh jiwanya” ketika sang istri lebih dulu dipanggil kepangkuan Ilahi.
Cerita cinta tak akan ada habisnya. Hasrat untuk memenuhi ruang Qalbu dengan kehadiran belahan jiwa selalu menyisakan cerita yang menarik, tragis, juga mengharu biru. Sunnatullah untuk hidup berpasangan telah disempurnakan Allah dengan hadirnya sakinah dalam kehidupan rumah tangga. Sehingga keinginan untuk memiliki keluarga sakinah menjadikan masa penantian jodoh bagi seorang manusia adalah sebuah episode yang selalu dinanti-nantikan dan   meninggalkan pertanyaan-pertanyaan kecil dalam diri seseorang yang sedang dalam masa penantian. Siapakah jodohku? Kapan saya bertemu dengannya?.
Amat banyak  hal yang harus dibenahi dari  melegalitasnya budaya pacaran. Beruntung jika pacaran yang dijalani adalah pacaran gaya Jadul, era tempo doeloe. Seperti apa yang bapak ibu saya pernah alami di era tahun 80an. Bapak tertarik pada ibu kemudian kirim surat ke ibu,  setelah dibalas, bapakpun rajin menjambangi rumah orang tua ibuku , dengan membawa  buah tangan. Perjalinan kasih  seperti itu aku tak menamakannya pacaran. Karena belakangan pacaran baru popular namanya dijaman era 90an sampai sekarang,  Iya kan?. Perjalinan kasih antara dua sejoli di era 80an  seperti kalau kita membaca roman kisah cinta siti Nurbaya dan samsul bahri, juga kisah  cinta pemeran utama dalam sengsara membawa nikmat midun dan halimah, dimana lebih dominan dengan tradisi mengirim surat, karena masih tingginya rasa malu pada muda mudi. Maka kisah cinta seperti itu dijaman sekarang sudah jarang dijumpai, kalaupun ada  itu lebih banyak dilakoni oleh kalangan muda-muda yang masih memiliki rasa malu yang tinggi. Hadist Rasulullah: Sesungguhnya jika rasa malu sudah dicabut, maka keimanan seseorang pun akan dicabut. Belakangan, gaya menjalin hubungan dengan gaya ala tempo doeloe ini kadang dilakoni oleh para muda mudi yang faham agama atau muda mudi yang terpelajar dan  masih tinggi sifat malunya, kadangkala juga dengan anak-anak rumahan yang kurang gaul.  
Ada lagi proses mencari jodoh yang dilakoni oleh mereka yang “Tawakal Full”  yang biasanya dijalani oleh aktivis islam, dengan mempercayakan pada ustad/ustadzah dengan hanya menulis biodata lengkap disertai  Foto, tanpa didahului oleh perkenalan sebelumnya.  Biasanya kategori kenal dengan calon dalam biodata ada beberapa kelas. Ada  calon yang disodorkan sudah dikenali sepintas walau tak detail. Ada juga yang sudah kenal agak dekat karena sering berinteraksi dalam kegiatan –kegiatan organisasi, namun  ada juga  yang tak kenal sama sekali.
Lain lagi dengan proses mendapatkan pasangan dengan cara perjodohan. Biasanya metode ini karena ada kesepakatan ataupun keinginan yang diharapkan  dari orangtua dua muda mudi yang dijodohkan. Kadang perjodohannya bisa diterima dan dijalani dengan baik oleh  si anak, namun tak jarang si anak yang dijodohkan tidak merasa cocok hingga menolak bahis-habisan keinginan orangtua.  
  Dari beberapa model pencarian pasangan , Rasulullah telah mengajarkan untuk segera meminang seorang wanita jika telah ada keinginan hati terhadapnya. Namun defenisi untuk wajib nikah tidak melulu atas keinginan hati yang mendorong kuat untuk menikah, tetapi disesuaikan dengan kemampuan financial seorang lelaki untuk melamar seorang wanita. Jika sudah kuat keinginan untuk menikah dan telah cukup modal materi untuk membina mahligai rumah tangga, maka nikah sesuatu yang dipaksa menjadi wajib. Ini untuk menghindari timbulnya fitnah dan bergejolaknya hawa nafsu yang rentan ditunggangi syetan. Namun jika seseorang telah punya keinginan hati untuk menikah, tetapi belum cukup modal untuk menghidupi istri nantinya, maka nikah diturunkan kadarnya menjadi sunnah. Maka disinilah cara pandang yang berbeda akan timbul dari beragam individu. Jika ada seorang lelaki yang masih 20an tahun sudah berani nikah meski dengan modal pas-pasan ditambah modal rasa pede akan rezeki Allah yang pasti akan menyusul  jika nikah cepat,  kita bisa salut dengan pria penganut sikap ini. Tetapi tidak lantas membuat kita mencibir seorang lelaki umur 20an tahun lebih, sudah sarjana , punya keinginan nikah, tetapi masih menunggu cukupnya financial terlebih dahulu baru tancap gas maju secara serius untuk melamar. Mereka adalah lelaki yang tetap kita beri ancungan jempol karena tidak melulu mengandalkan semangat berapi-api atau “panas-panas tai ayam” untuk menikah hanya karena  adik angkatan sudah nikah duluan.  Mereka adalah kelompok yang mempertimbangkan segala sesuatunya dengan matang tentunya untuk bisa mengambil sikap” jangan dulu menikah sebelum modal cukup”. Kedua-duanya, baik yang menikah cepat maupun yang melambatkan menikah,  tentu telah ada konsekuensinya masing-masing yang telah pula menimbang apa sisi kemanfaatannya yang lebih besar jika menikah cepat ataupun jika melambatkan  menikah sampai modal financial cukup. Cukup fatwa hati yang diandalkan  jika sudah komitmen dengan sibhgah islam, akan kesiapan  diri, apakah   bisa segra tancap gas menikah cepat atau mencukupkan modal dulu. Yang patut diragukan kesejatian sibgha islamnya adalah, seorang lelaki berumur 25 tahun ke atas, yang sudah pernah berniat menikah, sudah mapan finansialnya, tetapi masih menunda pernikahannya. Masih baik, jika penundaanya karena ada urusan prioritas lain yang juga mendesak. Akan tetapi jika alasannya karena berkali-kali menolak calon yang disodorkan , hanya karena belum adanya wanita yang memenuhi kriterianya, wah ini yang gawat. Sama seperti perempuan muslimah yang ketika umur 25 tahun ke atas yang tidak juga mempunyai target untuk merancang masa depan pernikahannya, dipatok  di umur berapa. Ini penting, mengingat usia reproduktif wanita ada di masa umur 20an. Umur 35 tahun sudah rentan dalam periode reproduksinya, karena berbagai bahaya yang mengancam. Kelihatannya, para wanita yang di umur 25 tahun  tidak juga mentarget umur berapa harus nikah, cenderung memfokuskan diri dengan karier. Apatah lagi jika wanita berumur 25 tahun adalah wanita potensial dengan berbagai gelar akademik yang dimilikinya, biasanya waktu berlalu tanpa disadari, hingga kesadaran baru timbul ketika telah tiba di umur 30 tahun, aduhai mengapa jodoh tak juga menghampiri.
Berbagai pengalaman sosiologis di masyarakat kita, cenderung menempatkan laki-laki berada di posisi yang tidak mau statusnya berada dibawah wanita. Fenomena psikologis yang banyak terjadi, lelaki lebih menginginkan  wanita berumur 20an tahun, dan segan dengan wanita berumur 30an tahun, apalagi terhadap wanita dengan serangkaian gelar akademik dibelakang namanya. Maka menjadi penting bagi wanita mempelajari imu kerumahtanggahan di umur 20an,  sebagai persiapan visi dan target menikah di deadline umur 25 tahun. Para wanita yang telah lebih dini memiliki target umur menikah di umur 25 tahun, biasanya juga akan menikah di sekitar umur 25an tahun tersebut. Sementara, para wanita yang di umur 25 tahunnya tidak punya target, juga mengalami takdir tidak menikah di umur 25an tahun tersebut. Di sinilah mengapa Rasulullah  mengajarkan kita untuk berdoa meminta keturunan yang shaleh sebagai Qurrata a’yun. Ini berarti doa meminta pasangan saleh juga harus dimulai jauh-jauh hari ketika seseorang sudah baligh, yang berarti bahwa ketika seseorang sudah berdoa, agar diberi jodoh pasangan yang sholeh, maka pada saat itu, sebenarnya sudah tertanam dalam syaraf seorang muslim ataupun muslimah, target waktu yang diimpikan untuk menikah.
Seiring waktu, terjadi fenomena masa kini yang disebut pacaran, dengan beragam rupa, mulai dari dari dunia nyata hingga dunia maya, yang telah menjauhkan muda-muda dari rambu-rambu syariat agama.   Maraknya seks bebas dan  perzinahan, yang berujung pada aborsi adalah implikasi dari hal tersebut. Lebih mencengangkan lagi lewat media facebook, seseorang bisa menjalin cinta, yang kadangkala berujung MBA (married by accident).  Fenomena ini tidak hanya berlaku untuk mereka yang tak pernah menjalankan kewajiban beragama sebagai seorang seorang muslim tetapi juga berlaku bagi mereka yang faham agama. Loh kok bisa?
Kisah ini menjadi saksi
Merapi meletus Vs Air mata taubat?.......................................... (cerita dari kota gudeg)
       Suatu malam, tahun 2010 di Jogjakarta.
Jam 8.00 WIB, krrrrrrrkrrrrrrkrrrrrrrrrrrrrk…………………..Getar dan dering ponsel  saya berbunyi, sebuah sms masuk. Mmmm, Sebuah amanah baru lagi pikirku setelah membaca sms  itu. Titipan anngota baru dari PJ kerohanian Pascasarjana yang akan bergabung ke kelompok mentoring yang selama ini kubina  yang diperuntukkan  untuk mahasiswi pascasarjana. Mmm, cukup klise latar belakangnya, seorang yang sudah berstatus menikah, tapi tinggal terpisah dengan suami yang di Jakarta.  Hanya saja ada yang memberatkan benakku hingga menjadi pertanyaan batinku dari sms yang kubaca barusan. Mahasiswi ini pernah ikut pengajian tetapi putus, dan harus tepat penanganan mahasiswi ini karena ada aibnya yang harus ditutupi begitu pesan PJ kerohanian pascasrajana. Wah,,, aku makin penasaran, hingga membuat mataku tak cepat terpejam untuk mengistrahatkan badan yang sudah butuh haknya.
Keesokan harinya, melalui  deretan sms bergantian dengan mahasiswa calaon anggota pengajian yang akan bergabung ke kelompokku,  akhirnya kami sepakat janjian bertemu di Mushala apung Pascasarjana di Universitas tempatku kuliah. Mahasiswi itu  meminta langsung secara pribadi untuk berbicara 4 mata denganku, sebelum bergabung dengan teman-teman lain.
Dan begitu ketemu mahasiswi itu saya cukup heran dan sedikit terkejut, ternyata mahasiswi itu berpakaian ala aktivis muslimah sejati, dengan jilbab lebar plus baju serta rok syar’i. Awal sebelum bertemu  saya menduga  ini mahasiswa future yang sudah agah nyeleneh pasti busana muslimnya. Sayapun mengkarabkan diri dengannya dengan cerita-cerita kecil sebagai penghangat suasana setelah saling memperkenalkan diri. Betapa mahasiswa itu merasa bahwa saya beruntung dibanding dirinya katanya saya dan suami, bisa sama-sama suami studi S2, sehingga  saya bisa melayani suami dgn baik, dan rumah tangga harmonisnya katanya. Mahasiswa itu membandingkan dgn dirinya yang berjauhan dgn suami, belum punya anak, dan Cerita pun mengalir hingga mahasiswi itu berani menceritakan aibnya. Demi menjaga perasaannya yang butuh penguatan karena rasa malu yang tak terelakkan  akibat cerita perselingkuhannya yang hanya diawali dengan hubungan biasa seperti seorang kakak terhadap adik yang juga aktivis islam, maka saya pun menyembunyikan keterkejutan saya, agar saya tahu ending ceritanya apa, untuk memberikan penguatan dan solusi untuk memulihkan kepercayaan dirinya kembali. Padahal berkali-kali batin saya berteriak kecil terkejut mendengar bait demi bait cerita persillungkahannya itu, yang hanya tertahan sampai di relung dadaku, kok bisa seperti ini ya?? naudzubillah. YA Rabb, aku jauh-jauh datang dari Sulawesi , yang sudah sering mendengar cerita perselingkungan seorang perempuan yang aku kenal, juga cerita remaja  adik kelas yang terpaksa married karena hamil duluan, setelah ke kota pelajar ini pun saya menemui cerita yang sama, tapi  dengan rupa yang  berbeda, yakni seorang yang pernah belajar mengkaji islam dengan intens.
“saya menyesali perbuatan ini, mba ren, ucap wanita itu lirih. Saya tak menduga akan sejauh ini akhirnya. Saya ini kotor,ucapnya nyaris tak terdengar. “ Awalnya saya mengganggapnya seperti adik, hingga kamipun akrab. Akhirnya lelaki itu sering makan dan tinggal berjam-jam lamanya di kamar kontrakanku”. Mahasiswi itu pun kemudian melanjutkan ceritanya sambil berurai air mata, bahwa awalnya mahasiswi itu tertipu, ketika suatu waktu, wanita dipanggil oleh lelaki  yang sudah dinggapnya seperti adik itu, yang mengajaknya ke suatu hotel  karena ada kegiatan di sana. Nyatanya setelah mahasiswi itu ke hotal,  tak ada kegiatan disana,  yang ada malah mahasiswi itu diajak ke sebuah kamar hotel. Tanpa curiga, mahasiswi itu pun ikut saja, dan disanalah perbuatan asusila yang merenggut kehormatan si mahasiswi, yang anehnya si mahasiswi tidak menolak ajakan temannya itu.”Pasti mereka akhirnya suka sama suka” simpulku membatin. Naudzubillah, hati saya teriris mendengar penuturannya mahasiswi itu. Ingin rasanya kumaki wanita di depanku itu. Seorang yang pernah belajar islam dengan baik, sudah menutup aurat, kau kemanakan jilbabmu, kau jadikan topengkah? Tapi lidahku keluh, batinku menangis, wanita ini telah mencoreng islamnya. Seharusnya wanita ini dirajam. Tapi sekali lagi, mulutku terkunci, mataku menerawang menatap air danau yang mengalir di bawah mushala apung yang kami tempati ini. Hangatnya mentari pagi di waktu dhuha yang menyinari air danau  yang mengelilingi mushala apung ini hingga nampak berkilauan, juga ditingkahi semilir angin pagi di sela-sela lambaian pohon palm yang berderet di atas menara lengkung dipojok mushala ini  serta  diselingi cipratan air dari ekor ikan mas koki  yang riang dibawah danau sana, nampaknya tak sehangat  hati saya yang remuk redam mendengar curahan hati wanita ini. Pantesan, merapi meletus pasca satu hari setelah kejadian perbuatan tak senonoh yang dilakukan wanita di hadapanku kini, batinku membisik. Andai saja saya  ini seperti kH. Jafar Umar, mungkin waktu itu sudah kukmpulkan orang-orang untuk melemparimu batu. Bertobatlah dengan sebenar-benar tobat, akhirnya suaraku yang setengah parau pun mengatakan itu pada wanita itu. Jangan pernah menjalin komunikasi dengan lelaki itu, tutup lembaran noda hitam dengan mendelete nama lelaki itu dalam daftar temanmu diponsel. Tobatan nasuha, dan iringi dengan memperbanyak istighfar dan banyak berbuat baik. Seorang wanita pelacur, dapat diberi rahmat oleh Allah sehingga dibebaskan dari api neraka karena punya kebaikan yang lain.ujarku menutup pembicaraan kami.
Satu bulan setelah peristiwa itu, mahasiswi itu tak pernah menghubungiku lagi. Aku pun juga enggan untuk menanyakan keberadaannya. Adapun lelaki yang pernah menjadi pasangan tak senonohnya itu akhirnya di keluarkan dari organisasi islam tempatnya bercokol.
Beberapa bulan setelah kejadian itu, merapi tak henti-hentinya membawa petaka berkelanjutan yang berbentuk lahar dingin , yang muntahannya berupa batu gunung sebesar batang pohon beringin berumur puluhan tahun, yang menghancurkan puluhan rumah di magelang, padahal jarak kota Magelang dari Johjakarta adalah ratusan meter. Ya Allah, aku hanya membaca tanda-tanda alam ini sebagai murka Allah bagi orang-orang yang telah banyak berbuat kerusakan di kota pelajar ini. termasuk merejalelanya pergaulan bebas  yang nampaknya sering dipertontonkan beberapa muda mudi di tengah jalan tanpa ada sedikitpun rasa malu. Naudzubillah.
Kisah ini memberi pelajaran bagi siapa saja yang selama ini bebas bergaul dengan seorang yang bukan mahram, tidak peduli  apapun latar belakangnya,  mantan aktivis islamkah, anaknya ustadkah, apatah lagi yang sudah jelas-jelas hidup dengan gaya bebas, yang telah mengesampingkan urat malunya, hingga nyaris hidup dengan gaya  ala barat.  Padahal Allah sudah memberi kita bingkai untuk menjaga pergaulan, dengan tidak mengumbar pandangan serta perintah tegas dalam surat al Isra ayat 17, Laa taqrabu Zina (dan janganlah kamu  mendekati zina, karena zina itu sungguh perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk) terhadap mereka yang bukan maharam kita . Bahkan terhadap ipar saja apabila seorang wanita ada dalam satu atap, hendaknya dihindari demi menjga kehormatan. Mengapa seperti itu?. Syetan menjadi orang ketiga bagi dua orang yang berkhalwat (berdua-duaan). Jangan dikira jika seorang adalah aktivis muslim, maka yang bukan mahramnya akan merasa aman, bisa saling menjaga. Justru ini sasaran empuk syetan, yang senatiasa membujuk tak kenal lelah untuk menjerumuskan anak adam ke perbuatan nista.  
Kisah Muslimah yang pandai menjaga diri dapat jodoh lelaki berakhlak baik
Intan, aktivis OSIS  yang berjilbab di sebuah SMU, menjalin kasih dengan seorang aktivis OSIS pula, tapi kisah mereka begitu sederhana, seperti kisah kasih diera 80an. Kisah kasih yang terbalut dengan diskusi dan candaan ringan di perpustakaan di sela-sela waktu istrahat di sekolah. Selebihnya tidak ada janjian jalan-jalan atau semacamnya. Pemuda yang menjalin kasih dengan Intan adalah aktivis OSIS pula bernama wirawan, hanya saja tubuhnya bagus serupa body atletis, juga berwajah rupawan. Kadangkala Intan heran, apa yang membuat si pemuda itu begitu terpikat dengan dirinya yang tak begitu cantik bila dibanding dengan teman-teman lainnya di kelasnya.
Setamat SMU, Intan tak lagi menjalin komunikasi dengan pemuda itu. Kisah diantara mereka bagaikan ditelan bumi. Intan melanjutkan kuliah di Kota Anging Mamiri. Perjalanan kisah Intan menjadi mahasiswa  cukup singkat, sampai intan mendapat hidayah, berkenalan dengan aktivitas keislaman, dan intens mengikuti pembinaan diri atau tarbiyah. Intan pun menjadi aktivis sebuah organisasi islam. Gaya busana intan berubah total, intan kini mengenakan jilbab syar’I dengan segudang aktivitas yang membuat Intan menjadi sibuk dengan tarbiyah islam, dan seabrek kegiatan kerohanian di kampus.
Suatu siang, wirawan mengirimkan kabar melalui teman intan, ia akan datang dari Kendari menemui intan. Intan terkejut, akankah ia akan kembali merajut kisah kasih dengan wirawan, sementara intan sudah tidak lagi seperti yang dulu sewaktu SMU. Intan sudah tahu hukum menjalin hubungan kasih percintaan yang belum berbingkai pernikahan itu tidak dobolehkan, bagaimana nanti Intan menjelaskannya pada wirawan.
Malam hari, intan bertekad untuk bertafakur, mencari ketenangan dan jawaban atas kegundahan hatinya. Intan harus berterus terang pada wirawan, bahwa pacaran itu nggak dibolehkan dalam islam. Tetapi Intan masih merasa rapuh jiwanya, hingga kegelisahan dan kegamangan muncul dibenaknya, akankah Intan mendapatkan calon suami seperti Wirawan yang tidak melihat intan dari tampilan fisiknya. Wirawan berwajah rupawan, berakhlak baik, sopan, keluarga baik, duhai Rabb, hanya padaMu kuserahkan jiwa ragaku, dan kemana jodohku berlabuh, batin intan dalam tahajudnya. Ia , memohon diistiqomahkan untuk menetapi jalan yang tempuh para orang-orang sholeh, menyerahkan urusan jodoh pada Allah, dengan meninggalkan jalan pencarian jodoh melalui perkelanaan hubungan tanpa status yang rentan dengan cinta nafsu alias pacaran, meskipun itu pacaran jarak jauh. Apapun namanya Allah, kuatkan hamba dengan jalan ini, meninggalkan maksiat, dan gantikan kelak dengan lelaki shaleh yang MenurutMu lebih baik untuk hidup dan agamaku. Butiran air bening  yang mengkristal di pelupuk mata intan ,semakin menambah khusuk gelora jiwa pasrah intan bermunajat pada Tuhannnya.
Keesokan harinya, intan dengan mantap  mengutarakan keputusan sikapnya  pada wirawan , meski berat hati,bahwa jika jodoh yang mentakdirkan mereka untuk bertemu, suatu waktu, mereka pasti akan dipersatukan Allah, tanpa harus bermaksiat dulu melalui pacaran yang dominan dengan berkasih-kasih dan cemburu yang didominasi hawa nafsu. Bahwasanya hanya dengan sarana pernikahan yang akan membuat cinta dan cemburu dua insane akan menuai pahala. Sebab itulah Intan pun mengajak wirawan untuk menjalin pertemanan yang biasa saja diantara mereka tanpa ada perjanjian sacral yang mengikat mereka, sebab jodoh itu urusan Allah, tidak bisa diketahui, seseorang berjodoh dengan siapa.
3 tahun kemudian……………………………………………..
Intan telah menyandang gelar sarjana, dan tetap aktif sebagi aktivis islam di sebuah organisasi islam di daerahnya sepulang dari kota Makassar. Adapun wirawan selam tiga tahun itu pula tak pernah menjalin komunikasi lagi dengan Intan. Tak berapa lama Intan pun akhirnya mendapat tawaran pekerjaan di tempat kelahirannya. Intan suatu waktu pernah bertemu dengan wirawan dipernikahan adik Intan. Tapi wirawan juga telah menjadi sosok yang biasa bagi intan, nampaknya  wirawan sudah tidak seperti dulu lagi , wirawan sudah tidak lagi menjalin pertemanan yang akrab dengan intan. Wirawan sudah memiliki komunitas lain dengan teman-temannya pula.
Setahun berselang adiknya menikah, Intan pun dilamar seorang lelaki sholeh yang baru dikenal Intan, di organisasi islam yang digelutinya. Pemuda itu, adalah sarjana alumni sebuah universitas ternama di Indonesia. Pemuda itu juga telah bekerja, hingga tidak berselang berapa lama, Ustad yang membina kelompok pengajian si lelaki itu, akhirnya memproses lamaran untuk segra di teruskan ke pernikahan.
 ,,,,,,,,,,,,,Hari pernikahan tlah tiba?
Mengharu biru, perasaan intan mendengar lelaki itu, membacakan ijab qabul, menerima intan sebagi istrinya. Intan tak putus-putusnya bersujud syukur, atas karunia Allah menggantikan “kekasih yang ditinggalkan demi perintah Allah” dengan lelaki lain yang lebih baik, dan dapat membimbing Intan untuk membangun keluarga SAMARA yang berbingkai dakwah. Apalagi nikmat yang lebih besar selain terhimpunnya dua cinta demi membangun peradaban islam? Kelak cinta seperti itu, akan jauh dari hiruk pikuk materialisme dan kegersangan jiwa karena mengejar yang tak hakiki. Cinta dua insane yang diniatkan  untuk memperkuat agama, akan kekal dan bertambah keberkahannya dalam mengarungi biduk rumah tangga. 
Kisah intan hanyalah secuil diantara banyak kisah para aktivis yang dimasa jahiliyahnya pernah mengenal perjalinan kasih dengan lawan jenis. Rata-rata mereka akhirnya meninggalkan perjalinan kasih tanpa status jelas dengan bersungguh-sungguh mendalami secara intens pembinaan diri melalui tarbiyah islamiyah. Mereka yang berhasil melewati ujian godaan untuk kembali kemasa jahiliyah adalah mereka yang menjadi pionir dakwah yang teguh di eranya.  Tak jarang mereka adalah muslimah yang dimasa jahiliyahnya memang berasal dari keluarga yang belum memahami aturan-aturan islam secara sempurna, bahwasanya pergaulan dalam islam diatur sedemikian rupa termasuk masalah pergaulan antara pria dan wanita.
Akan tetapi, tidak sedikit dari beberapa muslimah, yang sudah mengenal tarbiyah, cukup intens dengan pembinaan diri, aktif dalam kegiatan kerohanian, tetapi masih bermain api dengan “hubungan tanpa status alias berpacaran’ dengan lawan jenis. Mereka mungkin merasa “aman-aman aja” toh mereka bisa menjaga diri. Sepintas lalu memang keliatan aman, karena  diawali dengan saling menjaga diri, tetapi seiring waktu berlalu , jika tidak segera terbingkai dengan pernikahan, maka kesucian cinta di antara muda mudi terkadang harus ternodai dengan“pembuktian cinta yang haram” demi  menuruti permintaan sang pacar. Naudzubillahi mindzalik. Kalaupun cinta tidak ternodai, kadangkala perjalinan kasih antara 2 muda mudi akan meninggalkan sweet memory yang tertanam dijiwa yang suatu ketika akan berdampak kurang baik di kehidupan muda mudi mantan kekasih ,jika ternyata 2 muda mudi tersebut tidak berjodoh.
Sedari sekarang tinggalkan pacaran, jika tenggang waktu menuju pernikahan masih lama. Namun, jika sudah menemukan calon pasangan yang dinilai sehati, segera lanjutkan ke pernikahan , agar tidak terjadi fitnah .
Tak perlu galau dalam menanti jodoh. Islam memudahkan seluruh jalan menuju pelaminan. Mulai dari proses perkenalan, pelamaran, hingga mahar. Oleh karenanya, berbagai alasan ataupun situasi yang menutup jalan menuju ke pelaminan, maka cinta semacam itu harus diakhiri. Karena boleh jadi panjangnya jalan menuju pelaminan adalah indikasi bahwa cinta yang dijalin bukan jodoh. Menjalin cinta yang ternyata bukan jodoh,  pada akhirnya hanya akan mewariskan memori yang akan meninggalkan rasa, dan apapun rasa itu, tentulah tidak akan menyamankan hati karena sudah ada pasangan sejatinya yang harus disetiai.
Perbaikan diri dengan meningkatkan kualitas keimanan tentu saja adalah persiapan mental yang harus dimiliki oleh seseorang yang sudah berniat untuk menikah. Dengan ikhtiar yang sesuai syariat dan doa yang menghiba pada Allah sang penentu jodoh, insya Allah tak akan ada kabut yang menutupi hati penyebab rasa galau. Dengan Tawakal, maka jodoh akan dimudahkan.  

Wallahu alam bishawab.










































Tidak ada komentar:

Posting Komentar