Ketika Galau Menanti Jodoh
Tertoreh kisah cinta yang berbingkai setia dalam cerita sejarah kisah hidup Rasulullah,
Muhammad SAW atas istrinya Khadijah, Ra, yang meskipun Rasulullah hidup dengan
beberapa istrinya sepeninggal Khadijah, namun nama khadijah tetap terpatri
dalam kenangan hidup Rasulullah, hingga
menelisik ruang cemburu Aisyah, sang istri muda rasulullah. Tersimpan
rapi kenangan indah dalam catatan kisah
cinta Ainun habibi yang nyata, yang sedikit banyak telah menginspirasi jiwa
para pasangan masa kini, namun lautan jiwa sang mantan presiden habibie, tetap
menyimpan sejuta memori bersama istrinya, hingga sempat membawa pergi “separuh
jiwanya” ketika sang istri lebih dulu dipanggil kepangkuan Ilahi.
Cerita cinta tak akan ada habisnya. Hasrat untuk memenuhi
ruang Qalbu dengan kehadiran belahan jiwa selalu menyisakan cerita yang
menarik, tragis, juga mengharu biru. Sunnatullah untuk hidup berpasangan telah
disempurnakan Allah dengan hadirnya sakinah dalam kehidupan rumah tangga.
Sehingga keinginan untuk memiliki keluarga sakinah menjadikan masa penantian
jodoh bagi seorang manusia adalah sebuah episode yang selalu dinanti-nantikan
dan meninggalkan pertanyaan-pertanyaan
kecil dalam diri seseorang yang sedang dalam masa penantian. Siapakah jodohku?
Kapan saya bertemu dengannya?.
Amat banyak hal yang
harus dibenahi dari melegalitasnya
budaya pacaran. Beruntung jika pacaran yang dijalani adalah pacaran gaya Jadul,
era tempo doeloe. Seperti apa yang bapak ibu saya pernah alami di era tahun
80an. Bapak tertarik pada ibu kemudian kirim surat ke ibu, setelah dibalas, bapakpun rajin menjambangi
rumah orang tua ibuku , dengan membawa
buah tangan. Perjalinan kasih
seperti itu aku tak menamakannya pacaran. Karena belakangan pacaran baru
popular namanya dijaman era 90an sampai sekarang, Iya kan?. Perjalinan kasih antara dua sejoli
di era 80an seperti kalau kita membaca
roman kisah cinta siti Nurbaya dan samsul bahri, juga kisah cinta pemeran utama dalam sengsara membawa
nikmat midun dan halimah, dimana lebih dominan dengan tradisi mengirim surat,
karena masih tingginya rasa malu pada muda mudi. Maka kisah cinta seperti itu
dijaman sekarang sudah jarang dijumpai, kalaupun ada itu lebih banyak dilakoni oleh kalangan
muda-muda yang masih memiliki rasa malu yang tinggi. Hadist Rasulullah: Sesungguhnya jika rasa malu sudah dicabut,
maka keimanan seseorang pun akan dicabut. Belakangan, gaya menjalin
hubungan dengan gaya ala tempo doeloe ini kadang dilakoni oleh para muda mudi
yang faham agama atau muda mudi yang terpelajar dan masih tinggi sifat malunya, kadangkala juga
dengan anak-anak rumahan yang kurang gaul.
Ada lagi proses mencari jodoh yang dilakoni oleh mereka yang
“Tawakal Full” yang biasanya dijalani
oleh aktivis islam, dengan mempercayakan pada ustad/ustadzah dengan hanya
menulis biodata lengkap disertai Foto,
tanpa didahului oleh perkenalan sebelumnya. Biasanya kategori kenal dengan calon dalam
biodata ada beberapa kelas. Ada calon
yang disodorkan sudah dikenali sepintas walau tak detail. Ada juga yang sudah
kenal agak dekat karena sering berinteraksi dalam kegiatan –kegiatan
organisasi, namun ada juga yang tak kenal sama sekali.
Lain lagi dengan proses mendapatkan pasangan dengan cara
perjodohan. Biasanya metode ini karena ada kesepakatan ataupun keinginan yang
diharapkan dari orangtua dua muda mudi
yang dijodohkan. Kadang perjodohannya bisa diterima dan dijalani dengan baik
oleh si anak, namun tak jarang si anak
yang dijodohkan tidak merasa cocok hingga menolak bahis-habisan keinginan
orangtua.
Dari beberapa model
pencarian pasangan , Rasulullah telah mengajarkan untuk segera meminang seorang
wanita jika telah ada keinginan hati terhadapnya. Namun defenisi untuk wajib
nikah tidak melulu atas keinginan hati yang mendorong kuat untuk menikah,
tetapi disesuaikan dengan kemampuan financial seorang lelaki untuk melamar
seorang wanita. Jika sudah kuat keinginan untuk menikah dan telah cukup modal
materi untuk membina mahligai rumah tangga, maka nikah sesuatu yang dipaksa
menjadi wajib. Ini untuk menghindari timbulnya fitnah dan bergejolaknya hawa
nafsu yang rentan ditunggangi syetan. Namun jika seseorang telah punya
keinginan hati untuk menikah, tetapi belum cukup modal untuk menghidupi istri
nantinya, maka nikah diturunkan kadarnya menjadi sunnah. Maka disinilah cara pandang
yang berbeda akan timbul dari beragam individu. Jika ada seorang lelaki yang
masih 20an tahun sudah berani nikah meski dengan modal pas-pasan ditambah modal
rasa pede akan rezeki Allah yang pasti akan menyusul jika nikah cepat, kita bisa salut dengan pria penganut sikap ini.
Tetapi tidak lantas membuat kita mencibir seorang lelaki umur 20an tahun lebih,
sudah sarjana , punya keinginan nikah, tetapi masih menunggu cukupnya financial
terlebih dahulu baru tancap gas maju secara serius untuk melamar. Mereka adalah
lelaki yang tetap kita beri ancungan jempol karena tidak melulu mengandalkan
semangat berapi-api atau “panas-panas tai ayam” untuk menikah hanya karena adik angkatan sudah nikah duluan. Mereka adalah kelompok yang mempertimbangkan
segala sesuatunya dengan matang tentunya untuk bisa mengambil sikap” jangan
dulu menikah sebelum modal cukup”. Kedua-duanya, baik yang menikah cepat maupun
yang melambatkan menikah, tentu telah
ada konsekuensinya masing-masing yang telah pula menimbang apa sisi
kemanfaatannya yang lebih besar jika menikah cepat ataupun jika melambatkan menikah sampai modal financial cukup. Cukup fatwa
hati yang diandalkan jika sudah komitmen
dengan sibhgah islam, akan kesiapan diri,
apakah bisa segra tancap gas menikah
cepat atau mencukupkan modal dulu. Yang patut diragukan kesejatian sibgha
islamnya adalah, seorang lelaki berumur 25 tahun ke atas, yang sudah pernah
berniat menikah, sudah mapan finansialnya, tetapi masih menunda pernikahannya.
Masih baik, jika penundaanya karena ada urusan prioritas lain yang juga
mendesak. Akan tetapi jika alasannya karena berkali-kali menolak calon yang
disodorkan , hanya karena belum adanya wanita yang memenuhi kriterianya, wah
ini yang gawat. Sama seperti perempuan muslimah yang ketika umur 25 tahun ke
atas yang tidak juga mempunyai target untuk merancang masa depan pernikahannya,
dipatok di umur berapa. Ini penting,
mengingat usia reproduktif wanita ada di masa umur 20an. Umur 35 tahun sudah
rentan dalam periode reproduksinya, karena berbagai bahaya yang mengancam. Kelihatannya,
para wanita yang di umur 25 tahun tidak
juga mentarget umur berapa harus nikah, cenderung memfokuskan diri dengan
karier. Apatah lagi jika wanita berumur 25 tahun adalah wanita potensial dengan
berbagai gelar akademik yang dimilikinya, biasanya waktu berlalu tanpa
disadari, hingga kesadaran baru timbul ketika telah tiba di umur 30 tahun,
aduhai mengapa jodoh tak juga menghampiri.
Berbagai pengalaman sosiologis di masyarakat kita, cenderung
menempatkan laki-laki berada di posisi yang tidak mau statusnya berada dibawah
wanita. Fenomena psikologis yang banyak terjadi, lelaki lebih menginginkan wanita berumur 20an tahun, dan segan dengan
wanita berumur 30an tahun, apalagi terhadap wanita dengan serangkaian gelar akademik
dibelakang namanya. Maka menjadi penting bagi wanita mempelajari imu
kerumahtanggahan di umur 20an, sebagai
persiapan visi dan target menikah di deadline umur 25 tahun. Para wanita yang telah
lebih dini memiliki target umur menikah di umur 25 tahun, biasanya juga akan
menikah di sekitar umur 25an tahun tersebut. Sementara, para wanita yang di
umur 25 tahunnya tidak punya target, juga mengalami takdir tidak menikah di
umur 25an tahun tersebut. Di sinilah mengapa Rasulullah mengajarkan kita untuk berdoa meminta
keturunan yang shaleh sebagai Qurrata a’yun. Ini berarti doa meminta pasangan
saleh juga harus dimulai jauh-jauh hari ketika seseorang sudah baligh, yang
berarti bahwa ketika seseorang sudah berdoa, agar diberi jodoh pasangan yang
sholeh, maka pada saat itu, sebenarnya sudah tertanam dalam syaraf seorang
muslim ataupun muslimah, target waktu yang diimpikan untuk menikah.
Seiring waktu, terjadi fenomena masa kini yang disebut
pacaran, dengan beragam rupa, mulai dari dari dunia nyata hingga dunia maya, yang
telah menjauhkan muda-muda dari rambu-rambu syariat agama. Maraknya seks bebas dan perzinahan, yang berujung pada aborsi adalah
implikasi dari hal tersebut. Lebih mencengangkan lagi lewat media facebook,
seseorang bisa menjalin cinta, yang kadangkala berujung MBA (married by
accident). Fenomena ini tidak hanya
berlaku untuk mereka yang tak pernah menjalankan kewajiban beragama sebagai
seorang seorang muslim tetapi juga berlaku bagi mereka yang faham agama. Loh
kok bisa?
Kisah ini menjadi saksi
Merapi meletus Vs Air mata
taubat?.......................................... (cerita dari kota gudeg)
Suatu malam, tahun 2010 di Jogjakarta.
Jam 8.00 WIB,
krrrrrrrkrrrrrrkrrrrrrrrrrrrrk…………………..Getar dan dering ponsel saya berbunyi, sebuah sms masuk. Mmmm, Sebuah
amanah baru lagi pikirku setelah membaca sms
itu. Titipan anngota baru dari PJ kerohanian Pascasarjana yang akan
bergabung ke kelompok mentoring yang selama ini kubina yang diperuntukkan untuk mahasiswi pascasarjana. Mmm, cukup
klise latar belakangnya, seorang yang sudah berstatus menikah, tapi tinggal
terpisah dengan suami yang di Jakarta. Hanya
saja ada yang memberatkan benakku hingga menjadi pertanyaan batinku dari sms
yang kubaca barusan. Mahasiswi ini pernah ikut pengajian tetapi putus, dan
harus tepat penanganan mahasiswi ini karena ada aibnya yang harus ditutupi
begitu pesan PJ kerohanian pascasrajana. Wah,,, aku makin penasaran, hingga
membuat mataku tak cepat terpejam untuk mengistrahatkan badan yang sudah butuh
haknya.
Keesokan harinya,
melalui deretan sms bergantian dengan
mahasiswa calaon anggota pengajian yang akan bergabung ke kelompokku, akhirnya kami sepakat janjian bertemu di
Mushala apung Pascasarjana di Universitas tempatku kuliah. Mahasiswi itu meminta langsung secara pribadi untuk
berbicara 4 mata denganku, sebelum bergabung dengan teman-teman lain.
Dan begitu ketemu mahasiswi
itu saya cukup heran dan sedikit terkejut, ternyata mahasiswi itu berpakaian
ala aktivis muslimah sejati, dengan jilbab lebar plus baju serta rok syar’i.
Awal sebelum bertemu saya menduga ini mahasiswa future yang sudah agah nyeleneh
pasti busana muslimnya. Sayapun mengkarabkan diri dengannya dengan
cerita-cerita kecil sebagai penghangat suasana setelah saling memperkenalkan
diri. Betapa mahasiswa itu merasa bahwa saya beruntung dibanding dirinya
katanya saya dan suami, bisa sama-sama suami studi S2, sehingga saya bisa melayani suami dgn baik, dan rumah
tangga harmonisnya katanya. Mahasiswa itu membandingkan dgn dirinya yang
berjauhan dgn suami, belum punya anak, dan Cerita pun mengalir hingga mahasiswi
itu berani menceritakan aibnya. Demi menjaga perasaannya yang butuh penguatan
karena rasa malu yang tak terelakkan akibat cerita perselingkuhannya yang hanya
diawali dengan hubungan biasa seperti seorang kakak terhadap adik yang juga
aktivis islam, maka saya pun menyembunyikan keterkejutan saya, agar saya tahu
ending ceritanya apa, untuk memberikan penguatan dan solusi untuk memulihkan
kepercayaan dirinya kembali. Padahal berkali-kali batin saya berteriak kecil
terkejut mendengar bait demi bait cerita persillungkahannya itu, yang hanya
tertahan sampai di relung dadaku, kok bisa seperti ini ya?? naudzubillah. YA
Rabb, aku jauh-jauh datang dari Sulawesi , yang sudah sering mendengar cerita
perselingkungan seorang perempuan yang aku kenal, juga cerita remaja adik kelas yang terpaksa married karena hamil
duluan, setelah ke kota pelajar ini pun saya menemui cerita yang sama, tapi dengan rupa yang berbeda, yakni seorang yang pernah belajar
mengkaji islam dengan intens.
“saya menyesali perbuatan
ini, mba ren, ucap wanita itu lirih. Saya tak menduga akan sejauh ini akhirnya.
Saya ini kotor,ucapnya nyaris tak terdengar. “ Awalnya saya mengganggapnya seperti
adik, hingga kamipun akrab. Akhirnya lelaki itu sering makan dan tinggal
berjam-jam lamanya di kamar kontrakanku”. Mahasiswi itu pun kemudian melanjutkan
ceritanya sambil berurai air mata, bahwa awalnya mahasiswi itu tertipu, ketika
suatu waktu, wanita dipanggil oleh lelaki yang sudah dinggapnya seperti adik itu, yang
mengajaknya ke suatu hotel karena ada
kegiatan di sana. Nyatanya setelah mahasiswi itu ke hotal, tak ada kegiatan disana, yang ada malah mahasiswi itu diajak ke sebuah
kamar hotel. Tanpa curiga, mahasiswi itu pun ikut saja, dan disanalah perbuatan
asusila yang merenggut kehormatan si mahasiswi, yang anehnya si mahasiswi tidak
menolak ajakan temannya itu.”Pasti mereka akhirnya suka sama suka” simpulku
membatin. Naudzubillah, hati saya teriris mendengar penuturannya mahasiswi itu.
Ingin rasanya kumaki wanita di depanku itu. Seorang yang pernah belajar islam
dengan baik, sudah menutup aurat, kau kemanakan jilbabmu, kau jadikan
topengkah? Tapi lidahku keluh, batinku menangis, wanita ini telah mencoreng
islamnya. Seharusnya wanita ini dirajam. Tapi sekali lagi, mulutku terkunci,
mataku menerawang menatap air danau yang mengalir di bawah mushala apung yang
kami tempati ini. Hangatnya mentari pagi di waktu dhuha yang menyinari air
danau yang mengelilingi mushala apung
ini hingga nampak berkilauan, juga ditingkahi semilir angin pagi di sela-sela
lambaian pohon palm yang berderet di atas menara lengkung dipojok mushala
ini serta diselingi cipratan air dari ekor ikan mas
koki yang riang dibawah danau sana,
nampaknya tak sehangat hati saya yang
remuk redam mendengar curahan hati wanita ini. Pantesan, merapi meletus pasca
satu hari setelah kejadian perbuatan tak senonoh yang dilakukan wanita di
hadapanku kini, batinku membisik. Andai saja saya ini seperti kH. Jafar Umar, mungkin waktu itu
sudah kukmpulkan orang-orang untuk melemparimu batu. Bertobatlah dengan
sebenar-benar tobat, akhirnya suaraku yang setengah parau pun mengatakan itu
pada wanita itu. Jangan pernah menjalin komunikasi dengan lelaki itu, tutup
lembaran noda hitam dengan mendelete nama lelaki itu dalam daftar temanmu
diponsel. Tobatan nasuha, dan iringi dengan memperbanyak istighfar dan banyak
berbuat baik. Seorang wanita pelacur, dapat diberi rahmat oleh Allah sehingga
dibebaskan dari api neraka karena punya kebaikan yang lain.ujarku menutup
pembicaraan kami.
Satu bulan setelah peristiwa
itu, mahasiswi itu tak pernah menghubungiku lagi. Aku pun juga enggan untuk
menanyakan keberadaannya. Adapun lelaki yang pernah menjadi pasangan tak
senonohnya itu akhirnya di keluarkan dari organisasi islam tempatnya bercokol.
Beberapa bulan setelah
kejadian itu, merapi tak henti-hentinya membawa petaka berkelanjutan yang
berbentuk lahar dingin , yang muntahannya berupa batu gunung sebesar batang
pohon beringin berumur puluhan tahun, yang menghancurkan puluhan rumah di
magelang, padahal jarak kota Magelang dari Johjakarta adalah ratusan meter. Ya
Allah, aku hanya membaca tanda-tanda alam ini sebagai murka Allah bagi
orang-orang yang telah banyak berbuat kerusakan di kota pelajar ini. termasuk
merejalelanya pergaulan bebas yang nampaknya
sering dipertontonkan beberapa muda mudi di tengah jalan tanpa ada sedikitpun
rasa malu. Naudzubillah.
Kisah ini memberi
pelajaran bagi siapa saja yang selama ini bebas bergaul dengan seorang yang
bukan mahram, tidak peduli apapun latar
belakangnya, mantan aktivis islamkah,
anaknya ustadkah, apatah lagi yang sudah jelas-jelas hidup dengan gaya bebas,
yang telah mengesampingkan urat malunya, hingga nyaris hidup dengan gaya ala barat. Padahal Allah sudah memberi kita bingkai untuk
menjaga pergaulan, dengan tidak mengumbar pandangan serta perintah tegas dalam
surat al Isra ayat 17, Laa taqrabu Zina (dan
janganlah kamu mendekati zina, karena
zina itu sungguh perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk) terhadap
mereka yang bukan maharam kita . Bahkan terhadap ipar saja apabila seorang
wanita ada dalam satu atap, hendaknya dihindari demi menjga kehormatan. Mengapa
seperti itu?. Syetan menjadi orang ketiga bagi dua orang yang berkhalwat
(berdua-duaan). Jangan dikira jika seorang adalah aktivis muslim, maka yang
bukan mahramnya akan merasa aman, bisa saling menjaga. Justru ini sasaran empuk
syetan, yang senatiasa membujuk tak kenal lelah untuk menjerumuskan anak adam
ke perbuatan nista.
Kisah Muslimah yang pandai menjaga
diri dapat jodoh lelaki berakhlak baik
Intan,
aktivis OSIS yang berjilbab di sebuah
SMU, menjalin kasih dengan seorang aktivis OSIS pula, tapi kisah mereka begitu
sederhana, seperti kisah kasih diera 80an. Kisah kasih yang terbalut dengan
diskusi dan candaan ringan di perpustakaan di sela-sela waktu istrahat di
sekolah. Selebihnya tidak ada janjian jalan-jalan atau semacamnya. Pemuda yang
menjalin kasih dengan Intan adalah aktivis OSIS pula bernama wirawan, hanya
saja tubuhnya bagus serupa body atletis, juga berwajah rupawan. Kadangkala Intan
heran, apa yang membuat si pemuda itu begitu terpikat dengan dirinya yang tak
begitu cantik bila dibanding dengan teman-teman lainnya di kelasnya.
Setamat
SMU, Intan tak lagi menjalin komunikasi dengan pemuda itu. Kisah diantara
mereka bagaikan ditelan bumi. Intan melanjutkan kuliah di Kota Anging Mamiri.
Perjalanan kisah Intan menjadi mahasiswa cukup singkat, sampai intan mendapat hidayah,
berkenalan dengan aktivitas keislaman, dan intens mengikuti pembinaan diri atau
tarbiyah. Intan pun menjadi aktivis sebuah organisasi islam. Gaya busana intan
berubah total, intan kini mengenakan jilbab syar’I dengan segudang aktivitas
yang membuat Intan menjadi sibuk dengan tarbiyah islam, dan seabrek kegiatan
kerohanian di kampus.
Suatu
siang, wirawan mengirimkan kabar melalui teman intan, ia akan datang dari
Kendari menemui intan. Intan terkejut, akankah ia akan kembali merajut kisah
kasih dengan wirawan, sementara intan sudah tidak lagi seperti yang dulu
sewaktu SMU. Intan sudah tahu hukum menjalin hubungan kasih percintaan yang
belum berbingkai pernikahan itu tidak dobolehkan, bagaimana nanti Intan
menjelaskannya pada wirawan.
Malam
hari, intan bertekad untuk bertafakur, mencari ketenangan dan jawaban atas
kegundahan hatinya. Intan harus berterus terang pada wirawan, bahwa pacaran itu
nggak dibolehkan dalam islam. Tetapi Intan masih merasa rapuh jiwanya, hingga
kegelisahan dan kegamangan muncul dibenaknya, akankah Intan mendapatkan calon
suami seperti Wirawan yang tidak melihat intan dari tampilan fisiknya. Wirawan
berwajah rupawan, berakhlak baik, sopan, keluarga baik, duhai Rabb, hanya
padaMu kuserahkan jiwa ragaku, dan kemana jodohku berlabuh, batin intan dalam
tahajudnya. Ia , memohon diistiqomahkan untuk menetapi jalan yang tempuh para
orang-orang sholeh, menyerahkan urusan jodoh pada Allah, dengan meninggalkan
jalan pencarian jodoh melalui perkelanaan hubungan tanpa status yang rentan
dengan cinta nafsu alias pacaran, meskipun itu pacaran jarak jauh. Apapun
namanya Allah, kuatkan hamba dengan jalan ini, meninggalkan maksiat, dan
gantikan kelak dengan lelaki shaleh yang MenurutMu lebih baik untuk hidup dan
agamaku. Butiran air bening yang
mengkristal di pelupuk mata intan ,semakin menambah khusuk gelora jiwa pasrah intan
bermunajat pada Tuhannnya.
Keesokan
harinya, intan dengan mantap mengutarakan
keputusan sikapnya pada wirawan , meski
berat hati,bahwa jika jodoh yang mentakdirkan mereka untuk bertemu, suatu
waktu, mereka pasti akan dipersatukan Allah, tanpa harus bermaksiat dulu
melalui pacaran yang dominan dengan berkasih-kasih dan cemburu yang didominasi
hawa nafsu. Bahwasanya hanya dengan sarana pernikahan yang akan membuat cinta
dan cemburu dua insane akan menuai pahala. Sebab itulah Intan pun mengajak
wirawan untuk menjalin pertemanan yang biasa saja diantara mereka tanpa ada
perjanjian sacral yang mengikat mereka, sebab jodoh itu urusan Allah, tidak
bisa diketahui, seseorang berjodoh dengan siapa.
3
tahun kemudian……………………………………………..
Intan
telah menyandang gelar sarjana, dan tetap aktif sebagi aktivis islam di sebuah
organisasi islam di daerahnya sepulang dari kota Makassar. Adapun wirawan selam
tiga tahun itu pula tak pernah menjalin komunikasi lagi dengan Intan. Tak
berapa lama Intan pun akhirnya mendapat tawaran pekerjaan di tempat kelahirannya.
Intan suatu waktu pernah bertemu dengan wirawan dipernikahan adik Intan. Tapi
wirawan juga telah menjadi sosok yang biasa bagi intan, nampaknya wirawan sudah tidak seperti dulu lagi ,
wirawan sudah tidak lagi menjalin pertemanan yang akrab dengan intan. Wirawan
sudah memiliki komunitas lain dengan teman-temannya pula.
Setahun
berselang adiknya menikah, Intan pun dilamar seorang lelaki sholeh yang baru
dikenal Intan, di organisasi islam yang digelutinya. Pemuda itu, adalah sarjana
alumni sebuah universitas ternama di Indonesia. Pemuda itu juga telah bekerja,
hingga tidak berselang berapa lama, Ustad yang membina kelompok pengajian si
lelaki itu, akhirnya memproses lamaran untuk segra di teruskan ke pernikahan.
,,,,,,,,,,,,,Hari pernikahan tlah tiba?
Mengharu
biru, perasaan intan mendengar lelaki itu, membacakan ijab qabul, menerima
intan sebagi istrinya. Intan tak putus-putusnya bersujud syukur, atas karunia
Allah menggantikan “kekasih yang ditinggalkan demi perintah Allah” dengan
lelaki lain yang lebih baik, dan dapat membimbing Intan untuk membangun
keluarga SAMARA yang berbingkai dakwah. Apalagi nikmat yang lebih besar selain
terhimpunnya dua cinta demi membangun peradaban islam? Kelak cinta seperti itu,
akan jauh dari hiruk pikuk materialisme dan kegersangan jiwa karena mengejar
yang tak hakiki. Cinta dua insane yang diniatkan untuk memperkuat agama, akan kekal dan
bertambah keberkahannya dalam mengarungi biduk rumah tangga.
Kisah intan
hanyalah secuil diantara banyak kisah para aktivis yang dimasa jahiliyahnya
pernah mengenal perjalinan kasih dengan lawan jenis. Rata-rata mereka akhirnya
meninggalkan perjalinan kasih tanpa status jelas dengan bersungguh-sungguh
mendalami secara intens pembinaan diri melalui tarbiyah islamiyah. Mereka yang
berhasil melewati ujian godaan untuk kembali kemasa jahiliyah adalah mereka
yang menjadi pionir dakwah yang teguh di eranya. Tak jarang mereka adalah muslimah yang dimasa
jahiliyahnya memang berasal dari keluarga yang belum memahami aturan-aturan
islam secara sempurna, bahwasanya pergaulan dalam islam diatur sedemikian rupa
termasuk masalah pergaulan antara pria dan wanita.
Akan tetapi, tidak
sedikit dari beberapa muslimah, yang sudah mengenal tarbiyah, cukup intens
dengan pembinaan diri, aktif dalam kegiatan kerohanian, tetapi masih bermain
api dengan “hubungan tanpa status alias berpacaran’ dengan lawan jenis. Mereka
mungkin merasa “aman-aman aja” toh mereka bisa menjaga diri. Sepintas lalu
memang keliatan aman, karena diawali
dengan saling menjaga diri, tetapi seiring waktu berlalu , jika tidak segera
terbingkai dengan pernikahan, maka kesucian cinta di antara muda mudi terkadang
harus ternodai dengan“pembuktian cinta yang haram” demi menuruti permintaan sang pacar. Naudzubillahi
mindzalik. Kalaupun cinta tidak ternodai, kadangkala perjalinan kasih antara 2
muda mudi akan meninggalkan sweet memory yang tertanam dijiwa yang suatu ketika
akan berdampak kurang baik di kehidupan muda mudi mantan kekasih ,jika ternyata
2 muda mudi tersebut tidak berjodoh.
Sedari sekarang tinggalkan
pacaran, jika tenggang waktu menuju pernikahan masih lama. Namun, jika sudah
menemukan calon pasangan yang dinilai sehati, segera lanjutkan ke pernikahan ,
agar tidak terjadi fitnah .
Tak perlu galau
dalam menanti jodoh. Islam memudahkan seluruh jalan menuju pelaminan. Mulai
dari proses perkenalan, pelamaran, hingga mahar. Oleh karenanya, berbagai
alasan ataupun situasi yang menutup jalan menuju ke pelaminan, maka cinta
semacam itu harus diakhiri. Karena boleh jadi panjangnya jalan menuju pelaminan
adalah indikasi bahwa cinta yang dijalin bukan jodoh. Menjalin cinta yang
ternyata bukan jodoh, pada akhirnya
hanya akan mewariskan memori yang akan meninggalkan rasa, dan apapun rasa itu,
tentulah tidak akan menyamankan hati karena sudah ada pasangan sejatinya yang
harus disetiai.
Perbaikan diri
dengan meningkatkan kualitas keimanan tentu saja adalah persiapan mental yang
harus dimiliki oleh seseorang yang sudah berniat untuk menikah. Dengan ikhtiar
yang sesuai syariat dan doa yang menghiba pada Allah sang penentu jodoh, insya
Allah tak akan ada kabut yang menutupi hati penyebab rasa galau. Dengan Tawakal,
maka jodoh akan dimudahkan.
Wallahu alam
bishawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar