Ihsan (3 tahun) putera ke2ku, suatu hari minta dibelikan mainan di
lapangan bola pada saat acara keramaian di kelurahan. Betapa kagetnya bibinya yang membawa ihsan
waktu itu, karena bibinya tidak membawa uang berlebih untuk membelikan mainan ponakannya
itu. Semakin lama, tangisan keras ihsan kian tidak terkendali , ia
merengek menarik-narik tangan bibinya, agar dibelikan mainan. Ihsan baru berhenti
merengek setelah bibinya menjanjikan mainan untuk dibelikan di toko mainan.
Setelah mencermati perilaku si ihsan, saya
ngebet untuk mencari tahu mengenai hal ini, saya nggak boleh melewatkan
hal ini, karena jika dibiarkan bisa fatal untuk kematangan jiwanya
nanti. Ku akui baru kali ini saya lebih concern mencermati
sedetail-detailnya perkembangan ke 3 anak-anakku.Ini karena si sulung
afifah (5 tahun lebih) sepertinya tidak mengidap prilaku "tangisan
lebay" ini kalau inginkan mainan di usia 3 tahunnya. Sehingga akupun
cenderung untuk tidak mempermasalahkan tangisan biasanya yang umumnya
dijadikan jurus pamungkas anak jika mengekpresikan keinginannya yang
harus dipenuhi sesegranya. Kini, dengan pengalaman ini saya pun lebih
harus ekstra perhatian pada anak bungsu (1 tahun) yang baru dalam masa
lucu-lucunya agar tidak mengulang sejarah "psikologi tangisan lebay
alias tempertantrum), saya menganggap bahwa memang kondisi
kepribadian anak itu pasti berbeda satu sama lain meski bersaudara,
karena potensi mereka juga berbeda-beda, tetapi untuk standar kejiwaan
psikologi anak, mestinya anak-anak jangan pernah mengidap tempertantrum ini
sebab ada indikasi kesalahan pola asuh jika ini sampai terjadi. Ya
Rabb, moga ini bukan implikasi aku menjadi wanita pekerja, yang mau
tidak mau ada waktu yang terkurangi dalam membersamai anak. Saat ini,
perkembangan mereka adalah hal utama dalam prioritas perhatianku.
Alhamdulillah setelah membaca kembali
koleksi majalah UMMI dari sejak aku langganan ketika S1 ( 8 tahun yang
lalu ) aku pun menemukan artikel berharga yang akhirnya ku ramu dengan
pangalaman pribadiku.
Keadaan "tangisan lebay" ihsan di atas dikenal dengan istilah Tempertantrum, yaitu suatu letupan amarah anak yang
sering terjadi pada usia 2 sampai 3 tahun di saat anak menunjukkan kemandirian
dan sikap negatifnya. Perilaku itu seringkali disertai dengan tingkah yang akan
membuat orang tua semakin jengkel. Ekspresinya dapat berupa tangisan keras,
berguling-guling di lantai, menjerit, melempar barang, memukul-mukul,
menyepak-nyepak, dan sebagainya. Pada anak yang lebih kecil, kadang diiringi
pula dengan muntah atau kencing di celana.
Kenali Penyebabnya
Menurut Rahmi
Dahnan, Psi , psikolog lulusan UI, biasanya anak mengalami tempertantrum dengan sebab awal terhambatnya
kebutuhan yang lalu memunculkan agresivitas verbal maupun fisik. Agresivitas
verbal biasanya berupa ucapan kasar, marah-marah, atau teriak. Agresivitas
fisik dapat berupa memukul, menendang,membuang barang, dll.
Bila pada usia 3
sampai 5 tahun anak masih bermasalah dengan tempertantrum, kemungkinan besar,
ada yang salah pada pola asuh. Karena pada usia sampai lima tahun, anak sudah
mulai mampu membedakan yang baik dan yang buruk, tahu bagaimana cara
mengeskspresikan emosi dengan cara yang baik.Rahmi mencontohkan, anak di
Amerika biasa diajarkan mengekspresikan kemarahannya dengan jelas. Marah pun
harus bertanggungjawab, tidak langsung main pukul.
Penyebab anak
menjadi agresif bermacam-macam, dapat berupa fisiologis ataupun psikologis.
Penyebab fisiologis dapat terjadi karena anak terlalu lelah, sedang mengantuk,
kelaparan, atau sedang sakit. Pada saat itu anak mudah kesal karena ada
kebutuhannya yang belum terpenuhi sementara ia belum mampu mengungkapkannya
dalam bahasa lisan kepada orangtua. Sehingga anak tidak dapat mengendalikan
emosinya akhirnya ia mudah mengamuk.
Penyebab
psikologisnya kemungkinan disebabkan karena anak mengalami kegagalan dalam
melakukan sesuatu, sehingga anak menjadi emosi dan tidak mampu
mengendalikannya. Hal ini akan semakin parah jika anak merasakan bahwa
orangtuanya selalu membandingkannya dengan anak yang lain, atau orangtua memiliki
tuntutan yang tinggi pada anaknya.
Penyebab lainnya
dapat terjadi bila anak sering ditolak
atau dimarahi saat menginginkan sesuatu. Sementara orangtua selalu memaksa anak
untuk melakukan sesuatu di saat dia sedang asyik bermain, misalnya untuk minum
susu atau untuk tidur siang. Mungkin orangtua tidak mengira bahwa hal ini akan
menjadi masalah pada si anak kemudian hari. Si anak akan merasa bahwa ia tidak
akan mampu dan tidak berani melawan kehendak orangtuanya, sementara dia sendiri
harus selalu menuruti printah orangtuanya. Ini konflik yang akan merusak emosi
si anak. Wah,,,, musti aku perhatikan banget yang satu ini, karena sebagai
orang tua dari 3 anak, saya kadang
mendisiplinkan anak, tanpa sadar
sampai kadang memaksa mereka hingga anak-anak kadang merasa terpaksa
melakukan apa yang disuruhkan.
Anak yang
mengalami hambatan dalam perkembangan mentalnya juga sering tempertantrum. Hal itu terjadi karena anak putus asa untuk
mengungkapkan maksudnya pada sekitarnya. Orangtua mesti mencontohkan tindakan pengendalian
emosi yang baik. Anak adalah peniru terhebat, jika orangtua salah memberikan
contoh penyaluran amarah yang tidak terpuji, ini bisa bahaya buat si anak yang
gampang mencontoh. Yang mesti dihindari adalah melampiaskan kemarahan pada
anak, saat orangtua punya masalah.Kan kasihan, punya maslah kantor, atau ada
masalah dengan teman kerja, dilampiaskan pada anak.
Ekspresikan emosi dengan benar
Hendaknya
orangtua memberi kesempatan pada anak untuk bermain dan mengekpresikan
keinginannya. Jangan takut rumah jadi seperti kapal pecah lantaran anak
berekspresi memanfaatkan perabot rumah untuk dijadikan rumah-rumahan, atau alat
musik. Orangtua jangan terlalu mengekang, sebaliknya beri kepercayaan pada anak
agar anak bisa bermain dan bergaul dengan baik. Anak-anak yang terlalu dikekang kebebasan bermainnya menjadi
anak yang cenderung takut untuk mencoba sesuatu. Ketika kemampuan verbal itu
sudah dilatih sejak awal kemampuan mengekspresikan keinginannya itu sudah
diajarkan sejak awal dengan baik, Insya Allah anak tidak gampang mengamuk.
Pengalaman pola
didik yang saya dapat dari orangtua, memberikan saya pelajaran bahwa kebebasan
ekspresi bermain yang dikekang karena menjadi penyebab rumah kurang rapi akhirnya
menjadikan ada yang kurang dalam diri saya dalam hal karakter . Setelah kubandingkan
dengan pola asuh seorang teman dosen di jogjakarta, seorang dosen yang memiliki
2 putera, ketika suatu saat saya kerumahnya, saya melihat betapa teman saya itu
memberikan kebebasan berekpresi anak-anaknya sehingga ruang keluarga menjadi
seperti rumah orang baru pindahan , karena barang-barangnya terhambur di setiap
sudut ruangan. Masya Allah,,, setelah melihat anak-anaknya memang sangat
kreatif dan cerdas serta berani. Berdasarkan hal itu, sekarang
pola asuh dengan memberikan ruang
ekspresi seluas-luasnya pada anak sedang kuterapkan, walaupun
konsekuensinya harus rela bercape ria merapikan rumah setiap hari karena
ruang tengah yang seperti kapal pecah.
Mengasuh anak
memang perlu kesabaran ekstra, butuh trik agar kita tidak kehabisan ide untuk
mengatasi setiap kemajuan perkembangan mereka seiring dengan usianya yang kian bertambah.
Anak-anak di usia golden age, perlu ditangani dengan tepat agar mereka tumbuh
menjadi anak-anak cerdas yang inovatif ketika telah dewasa. Ibu memegang
peranan penting untuk mengawasi perkembangan anaknya.
Bila pada suatu
saat kita berseberangan pendapat dengan anak saat anak mengamuk, kita perlu
mengemukakan pendapat dengan tegas tetapi lembut. Ini yang relatif agak sulit
tetapi mesti dicoba. Jangan membentaknya, apalagi dengan ucapan-ucapan yang
tidak pantas. Abaikan tangisnya dan ajak anak berbicara dengan lembut. Kita
perlu menjelaskan mengapa kita tidak memberi mainan yang anak inginkan dengan
alasan yang jujur. Kalau di supermaket , jangan malu untuk mengatakan tidak
cukup uang hanya karena malu dilihat orang. Sejauh yang saya praktekkan selama
ini, ternyata efektif memberikan alasan yang tidak dibuat-buat kenapa mainan
yang diinginkan tidak ibu belikan karena uang ibu yang tidak cukup.
Kadang-kadang jawaban anak saya yang berumur 5 tahun diluar dugaan saya, ‘ Ia
de, kasian uangnya ibu tidak cukup lagi , jadi ade nggak usah dulu dibelikan
mainan itu”ujar anak saya menenangkan adiknya yang berumur 3 tahun , karena
memaksa di belikan motor mainan.
Ada lagi cara
efektif melatih anak menguasai dan mengendalikan emosinya, ketika anak
mengingkan sesuatu, yakni mengajaknya bermain , atau mengalihkan perhatiannya
pada sesuatu yang menghibur.
PENTING!
Jadilah orangtua yang pandai mengendalikan emosi
Apa yang kita
lakukan saat marah?apakah kita teriak? Memukul? Cemberut? Atau diam? Penting
untuk meninjau bagaimana ekspresi kita ketika sedang marah. Apakah pernah kita
marah kepada pasangan dan disaksikan oleh anak kita?. Hati-hati! Karena
anak banyak meniru cara orangtrua marah
hingga menjadi si tukang ngamuk. Jangan salahkan ketika anak sering mengamuk,
jangan-jangan karena mencontoh kita akhirnya dia menjadi seperti itu.
Kadang aku berusaha memaksakan diriku untuk melakukan trik-trik dibawah
ini ketika marah agar emosi terkendali, (rada-rada gampang susah tetapi kalau
kita ingin menjadi baik dan menjadi row model yang patut di contoh , mau tidak
mau harus bisa melakukan minimal salah satu trik dibawah ini)....... ini juga
resep agar wajah awet muda loh
v Merubah posisi dan berwudhu: Kata Rasulullah”
saat anda ingin marah, maka ubahlah posisi anda. Bila sedang berdiri, duduk.
Bila masih marah, maka berbaringlah. Bila masih marah , maka berwudhulah, dan
meminta perlindungan pada Allah dengan mengucapkan Taawudz.
v Tarik nafas, dan menenagkan diri: Saat hendak marah,
tenangkan diri dulu sejenak, pergi ke ruangan yang lain, menenangkan diri sambil
menarik nafas.
v Pakai kata yang mengacu untuk menjadikan
anda subjek agar dapat mengurangi rasa sakit hati.Misalnya kata “ kamu “diganti
menjadi“saya”.
Kalau biasanya kita memarahi anak dengan
mengatakan “ kamu jangan nakal begitu atau kamu ini mau jadi anak yang malas
ya? Ganti dengan “ Nak, ibu kecewa kalau anak ibu tidak bisa
bangun pagi atau ibu tidak suka melihat ananda jahil pada adik.
v Pelukan hangat dan minta maaf: bila sudah
telanjur marah pada anak, maka imbangi dengan memberikan pelukan hangat dan
meminta maaf. So jangan takut wibawa berkurang, hindari jaim berlebihan, karena
orangtua pun bisa melakukan kesalahan. Katakan “ maaf ya nak, ibu salah,
memarahi dengan kasar pada ananda.
v Mengahadap ke cermin: saat mau marah, ingat
lihatlah ke cermin, wow ada nenek sihir yang barusan berubah. Mudah-mudahan
anak kita tidak melihat mata kita yang melotot dan rahang yang mengeras. Mulai
sekarang hindari pedoko berlebihan pada anak, sebab itu bisa menjadi penyebab
terbentuknya kerutan baru di wajah ibu. Akhirnya wajah menjadi cepat tua, yang
ini biar pake krim siang malam pun tetap tidak akan mengurangi kerutan wajah
kalau selalu marah tiap hari.
v Evaluasi penyebab marah: Kalau karena kamar
berantakan, atau anak tidak patuh, komunikasikan dengan anak dengan tegas namun
tetapi lembut. Kalau marah karena ada masalah dengan pasangan atau karena ada
maslah di kantor, ingat jangan lampiaskan pada anak, cari solusi jitu yang
dapat menyalesaikan masalah, antara lain dengan komunikasi dengan pasanngan,
berbagi uneg-uneg pada pasangan ,introspeksi diri dan membaca Alquran. Karena tidak
ada masalah yang tidak ada jalan
keluarnya.
Wallahu alam
bishawab.
Dari pengalaman
diri dan mengambil saripati dari Majalah UMMi edisi yang bermanfaat untuk ibu
Referensi:
Majalah UMMI (edisi tahun 2003)
Alhamdulillah
BalasHapusByk ilmu dpt di sini
Plz welcome to my blog
www.bintunzainuddin.blogspot.com
terimakasih ,, senang bisa bertukar ilmu
Hapus