Selasa, 12 Maret 2013

Bila anak jadi si tukang ngamuk

Ihsan (3 tahun) putera ke2ku,  suatu hari minta dibelikan mainan di lapangan bola pada saat acara keramaian di kelurahan.  Betapa kagetnya bibinya yang membawa ihsan waktu itu, karena bibinya tidak membawa uang berlebih untuk membelikan mainan ponakannya itu. Semakin lama, tangisan keras ihsan kian tidak terkendali , ia merengek  menarik-narik tangan bibinya,  agar dibelikan mainan. Ihsan baru berhenti merengek setelah bibinya menjanjikan mainan untuk dibelikan di toko mainan.
Setelah mencermati perilaku si ihsan, saya ngebet untuk mencari tahu mengenai hal ini, saya nggak boleh melewatkan hal ini, karena jika dibiarkan bisa fatal untuk kematangan jiwanya nanti. Ku akui baru kali ini saya lebih  concern mencermati sedetail-detailnya perkembangan ke 3 anak-anakku.Ini karena si sulung afifah (5 tahun lebih) sepertinya tidak mengidap prilaku "tangisan lebay" ini kalau inginkan mainan di usia 3 tahunnya. Sehingga akupun cenderung untuk tidak mempermasalahkan tangisan biasanya yang umumnya dijadikan jurus pamungkas anak jika mengekpresikan keinginannya yang harus dipenuhi sesegranya. Kini, dengan pengalaman ini saya pun lebih harus ekstra perhatian pada anak bungsu (1 tahun) yang baru dalam masa lucu-lucunya agar tidak mengulang sejarah "psikologi tangisan lebay alias tempertantrum), saya menganggap bahwa memang kondisi kepribadian anak itu pasti berbeda satu sama lain meski bersaudara, karena potensi mereka juga berbeda-beda, tetapi untuk standar kejiwaan psikologi anak, mestinya anak-anak jangan pernah mengidap tempertantrum ini sebab ada indikasi kesalahan pola asuh jika ini sampai terjadi. Ya Rabb, moga ini bukan implikasi aku menjadi wanita pekerja, yang mau tidak mau ada waktu yang terkurangi dalam membersamai anak. Saat ini, perkembangan mereka adalah hal utama dalam prioritas perhatianku. 
Alhamdulillah setelah membaca kembali koleksi majalah UMMI dari sejak aku langganan ketika S1 ( 8 tahun yang lalu ) aku pun menemukan artikel berharga yang akhirnya ku ramu dengan pangalaman pribadiku.
Keadaan  "tangisan lebay" ihsan di atas dikenal dengan istilah Tempertantrum, yaitu suatu letupan amarah anak yang sering terjadi pada usia 2 sampai 3 tahun di saat anak menunjukkan kemandirian dan sikap negatifnya. Perilaku itu seringkali disertai dengan tingkah yang akan membuat orang tua semakin jengkel. Ekspresinya dapat berupa tangisan keras, berguling-guling di lantai, menjerit, melempar barang, memukul-mukul, menyepak-nyepak, dan sebagainya. Pada anak yang lebih kecil, kadang diiringi pula dengan muntah atau kencing di celana.
Kenali Penyebabnya
Menurut Rahmi Dahnan, Psi , psikolog lulusan UI, biasanya anak mengalami  tempertantrum dengan sebab awal terhambatnya kebutuhan yang lalu memunculkan agresivitas verbal maupun fisik. Agresivitas verbal biasanya berupa ucapan kasar, marah-marah, atau teriak. Agresivitas fisik dapat berupa memukul, menendang,membuang barang, dll.
Bila pada usia 3 sampai 5 tahun anak masih bermasalah dengan tempertantrum, kemungkinan besar, ada yang salah pada pola asuh. Karena pada usia sampai lima tahun, anak sudah mulai mampu membedakan yang baik dan yang buruk, tahu bagaimana cara mengeskspresikan emosi dengan cara yang baik.Rahmi mencontohkan, anak di Amerika biasa diajarkan mengekspresikan kemarahannya dengan jelas. Marah pun harus bertanggungjawab, tidak langsung main pukul.
Penyebab anak menjadi agresif bermacam-macam, dapat berupa fisiologis ataupun psikologis. Penyebab fisiologis dapat terjadi karena anak terlalu lelah, sedang mengantuk, kelaparan, atau sedang sakit. Pada saat itu anak mudah kesal karena ada kebutuhannya yang belum terpenuhi sementara ia belum mampu mengungkapkannya dalam bahasa lisan kepada orangtua. Sehingga anak tidak dapat mengendalikan emosinya akhirnya ia mudah mengamuk.
Penyebab psikologisnya kemungkinan disebabkan karena anak mengalami kegagalan dalam melakukan sesuatu, sehingga anak menjadi emosi dan tidak mampu mengendalikannya. Hal ini akan semakin parah jika anak merasakan bahwa orangtuanya selalu membandingkannya dengan anak yang lain, atau orangtua memiliki tuntutan yang tinggi pada anaknya.
Penyebab lainnya  dapat terjadi bila anak sering ditolak atau dimarahi saat menginginkan sesuatu. Sementara orangtua selalu memaksa anak untuk melakukan sesuatu di saat dia sedang asyik bermain, misalnya untuk minum susu atau untuk tidur siang. Mungkin orangtua tidak mengira bahwa hal ini akan menjadi masalah pada si anak kemudian hari. Si anak akan merasa bahwa ia tidak akan mampu dan tidak berani melawan kehendak orangtuanya, sementara dia sendiri harus selalu menuruti printah orangtuanya. Ini konflik yang akan merusak emosi si anak. Wah,,,, musti aku perhatikan banget yang satu ini, karena sebagai orang tua dari 3 anak, saya kadang  mendisiplinkan anak, tanpa sadar  sampai kadang memaksa mereka hingga anak-anak kadang merasa terpaksa melakukan apa yang disuruhkan.
Anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan mentalnya juga sering tempertantrum.  Hal itu terjadi karena anak putus asa untuk mengungkapkan maksudnya pada sekitarnya. Orangtua mesti mencontohkan tindakan pengendalian emosi yang baik. Anak adalah peniru terhebat, jika orangtua salah memberikan contoh penyaluran amarah yang tidak terpuji, ini bisa bahaya buat si anak yang gampang mencontoh. Yang mesti dihindari adalah melampiaskan kemarahan pada anak, saat orangtua punya masalah.Kan kasihan, punya maslah kantor, atau ada masalah dengan teman kerja, dilampiaskan pada anak.
Ekspresikan emosi dengan benar
Hendaknya orangtua memberi kesempatan pada anak untuk bermain dan mengekpresikan keinginannya. Jangan takut rumah jadi seperti kapal pecah lantaran anak berekspresi memanfaatkan perabot rumah untuk dijadikan rumah-rumahan, atau alat musik. Orangtua jangan terlalu mengekang, sebaliknya beri kepercayaan pada anak agar anak bisa bermain dan bergaul dengan baik. Anak-anak yang  terlalu dikekang kebebasan bermainnya menjadi anak yang cenderung takut untuk mencoba sesuatu. Ketika kemampuan verbal itu sudah dilatih sejak awal kemampuan mengekspresikan keinginannya itu sudah diajarkan sejak awal dengan baik, Insya Allah anak tidak gampang mengamuk.
Pengalaman pola didik yang saya dapat dari orangtua, memberikan saya pelajaran bahwa kebebasan ekspresi bermain yang dikekang karena menjadi penyebab rumah kurang rapi akhirnya menjadikan ada yang kurang dalam diri saya  dalam hal karakter . Setelah kubandingkan dengan pola asuh seorang teman dosen di jogjakarta, seorang dosen yang memiliki 2 putera, ketika suatu saat saya kerumahnya, saya melihat betapa teman saya itu memberikan kebebasan berekpresi anak-anaknya sehingga ruang keluarga menjadi seperti rumah orang baru pindahan , karena barang-barangnya terhambur di setiap sudut ruangan. Masya Allah,,, setelah melihat anak-anaknya memang sangat kreatif dan cerdas serta berani. Berdasarkan hal itu,  sekarang pola asuh dengan memberikan ruang ekspresi seluas-luasnya pada anak sedang kuterapkan, walaupun konsekuensinya harus rela bercape ria merapikan rumah setiap hari karena ruang tengah yang seperti kapal pecah.
Mengasuh anak memang perlu kesabaran ekstra, butuh trik agar kita tidak kehabisan ide untuk mengatasi setiap kemajuan perkembangan mereka seiring dengan usianya yang kian bertambah. Anak-anak di usia golden age, perlu ditangani dengan tepat agar mereka tumbuh menjadi anak-anak cerdas yang inovatif ketika telah dewasa. Ibu memegang peranan penting untuk mengawasi perkembangan anaknya.
Bila pada suatu saat kita berseberangan pendapat dengan anak saat anak mengamuk, kita perlu mengemukakan pendapat dengan tegas tetapi lembut. Ini yang relatif agak sulit tetapi mesti dicoba. Jangan membentaknya, apalagi dengan ucapan-ucapan yang tidak pantas. Abaikan tangisnya dan ajak anak berbicara dengan lembut. Kita perlu menjelaskan mengapa kita tidak memberi mainan yang anak inginkan dengan alasan yang jujur. Kalau di supermaket , jangan malu untuk mengatakan tidak cukup uang hanya karena malu dilihat orang. Sejauh yang saya praktekkan selama ini, ternyata efektif memberikan alasan yang tidak dibuat-buat kenapa mainan yang diinginkan tidak ibu belikan karena uang ibu yang tidak cukup. Kadang-kadang jawaban anak saya yang berumur 5 tahun diluar dugaan saya, ‘ Ia de, kasian uangnya ibu tidak cukup lagi , jadi ade nggak usah dulu dibelikan mainan itu”ujar anak saya menenangkan adiknya yang berumur 3 tahun , karena memaksa di belikan motor mainan.
Ada lagi cara efektif melatih anak menguasai dan mengendalikan emosinya, ketika anak mengingkan sesuatu, yakni mengajaknya bermain , atau mengalihkan perhatiannya pada sesuatu yang menghibur.
PENTING! Jadilah orangtua yang pandai mengendalikan emosi
Apa yang kita lakukan saat marah?apakah kita teriak? Memukul? Cemberut? Atau diam? Penting untuk meninjau bagaimana ekspresi kita ketika sedang marah. Apakah pernah kita marah kepada pasangan dan disaksikan oleh anak kita?. Hati-hati! Karena anak  banyak meniru cara orangtrua marah hingga menjadi si tukang ngamuk. Jangan salahkan ketika anak sering mengamuk, jangan-jangan karena mencontoh kita akhirnya dia menjadi seperti itu.
Kadang aku berusaha memaksakan diriku untuk melakukan trik-trik dibawah ini ketika marah agar emosi terkendali, (rada-rada gampang susah tetapi kalau kita ingin menjadi baik dan menjadi row model yang patut di contoh , mau tidak mau harus bisa melakukan minimal salah satu trik dibawah ini)....... ini juga resep agar wajah awet muda loh
v  Merubah posisi dan berwudhu: Kata Rasulullah” saat anda ingin marah, maka ubahlah posisi anda. Bila sedang berdiri, duduk. Bila masih marah, maka berbaringlah. Bila masih marah , maka berwudhulah, dan meminta perlindungan pada Allah dengan mengucapkan Taawudz.
v  Tarik nafas,  dan menenagkan diri: Saat hendak marah, tenangkan diri dulu sejenak, pergi ke ruangan yang lain, menenangkan diri sambil menarik nafas.
v  Pakai kata yang mengacu untuk menjadikan anda subjek agar dapat mengurangi rasa sakit hati.Misalnya kata “ kamu “diganti menjadi“saya”.
Kalau biasanya kita memarahi anak dengan mengatakan “ kamu jangan nakal begitu atau kamu ini mau jadi anak yang malas ya?  Ganti dengan  “ Nak, ibu kecewa kalau anak ibu tidak bisa bangun pagi atau ibu tidak suka melihat ananda jahil pada adik.
v  Pelukan hangat dan minta maaf: bila sudah telanjur marah pada anak, maka imbangi dengan memberikan pelukan hangat dan meminta maaf. So jangan takut wibawa berkurang, hindari jaim berlebihan, karena orangtua pun bisa melakukan kesalahan. Katakan “ maaf ya nak, ibu salah, memarahi dengan kasar pada ananda.
v  Mengahadap ke cermin: saat mau marah, ingat lihatlah ke cermin, wow ada nenek sihir yang barusan berubah. Mudah-mudahan anak kita tidak melihat mata kita yang melotot dan rahang yang mengeras. Mulai sekarang hindari pedoko berlebihan pada anak, sebab itu bisa menjadi penyebab terbentuknya kerutan baru di wajah ibu. Akhirnya wajah menjadi cepat tua, yang ini biar pake krim siang malam pun tetap tidak akan mengurangi kerutan wajah kalau selalu marah tiap hari.
v  Evaluasi penyebab marah: Kalau karena kamar berantakan, atau anak tidak patuh, komunikasikan dengan anak dengan tegas namun tetapi lembut. Kalau marah karena ada masalah dengan pasangan atau karena ada maslah di kantor, ingat jangan lampiaskan pada anak, cari solusi jitu yang dapat menyalesaikan masalah, antara lain dengan komunikasi dengan pasanngan, berbagi uneg-uneg pada pasangan ,introspeksi diri dan membaca Alquran. Karena tidak ada masalah  yang tidak ada jalan keluarnya.
Wallahu alam bishawab.
Dari pengalaman diri dan mengambil saripati dari Majalah UMMi edisi yang bermanfaat untuk ibu
Referensi:
Majalah UMMI (edisi tahun 2003)

2 komentar:

  1. Alhamdulillah
    Byk ilmu dpt di sini
    Plz welcome to my blog
    www.bintunzainuddin.blogspot.com

    BalasHapus